Mengapa tidak? Bangga dan senang rasanya. Pasti saya bukan satu-satunya orang yang ingin melestarikan tarian jaipong jenis Bajidor (Kahot). Sudah banyak tim kebudayaan Indonesia yang keliling dunia memperkenalkannya. Ada tim PPI Hamburg di Jerman, Tatranesa FKM UI di Malaysia.
Tak asing lagi kalau ada bule yang menarikannya. Simak Suara Indonesia Dance Grup Australia di Koeln, Jerman atau Bidadari Indonesia Dance Group di Belgrade dan Alison Angeline di Washington DC Amrik.
Nggak heran pula kalau diaspora getol memamerkannya. Lihat saja bagaimana Febryna Ayu Rosalia dan Rosa Stonier di Australia, Lila Bhawa di London dan masih banyak lagi yang mengibarkan merah putih lewat kesenian tari.
So, mari jangan hanya bisa mencemooh orang atau budaya sendiri atawa kebarat-baratan saja saban hari. Wake up. Kalau dilestarikan dan dipamerkan ke seluruh dunia, mengapa sebuah tarian harus dilarang di negeri aslinya? Jangan-jangan kalau distop-dibanned, anak-cucu nggak kenal budaya sendiri dan harus mengejar ke negeri orang untuk belajar budaya nenek moyang. Parah lagi kalau ada negara yang ngaku-ngaku itu jadi budayanya karena yang punya sendiri sudah lupa, bisa panas. Noooo, no way.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H