Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pakai Cadar di Austria, Diancam Denda 2 Jutaan Rupiah

9 Oktober 2017   16:37 Diperbarui: 9 Oktober 2017   23:32 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turis di Zel am See, Austria | Sumber ilustrasi: cnn.com

Hanya saja untuk alasan keamanan di negeri Eropa seperti Austria dan Jerman misalnya, sepertinya memang penting untuk diberlakukan pelarangan.

Saya mengangguk. Saya kenal beberapa perempuan Indonesia yang memutuskan untuk memakai cadar di usia dini bahkan sampai yang setelah menikah baru pakai. Tanpa intimidasi. Keikhlasan memakainya didasari dari hati dan pikiran ke depan. Antara lain untuk melindungi diri sendiri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Namun saya juga ingat, banyak pemikiran lain yang membuatnya jadi tidak relevan ketika dipakai di luar negeri. Iya, masalah keamanan negara dan perlindungan terhadap perempuan yang teramat sangat tinggi.

Beberapa organisasi keperempuanan di Austria sendiri menolak larangan yang membatasi perempuan untuk menentukan apapun dalam hidupnya, termasuk hak berpakaian.

Kalau ada kontra pasti ada pro. Seorang pengusaha Perancis asli Algeria, Rachid Nekazz bahkan punya organisasi yang berani dan rela membebaskan uang denda pada para wanita bercadar di seluruh Eropa. Setidaknya 300.000 euro telah dikeluarkannya. Begitu berita yang dilansir RT Deutsch tanggal 22. 9.2017.

Larangan nggak boleh pakai cadar di Austria memang punya dua mata sisi, baik dan buruk.

Apakah ini menurunkan jumlah wisatawan?
Salah satu daerah yang suka didatangi turis dari Arab namanya Zell am See. Itu tempat yang seperti gula untuk semut. Rame oleh turis Arab. Walikotanya, Peter Padourek punya pendapat bahwa larangan itu tidak serta merta menurunkan jumlah wisatawan. Itu mengacu pada pengalaman negara tetangga Belgia dan Perancis yang terlebih dahulu memberlakukannya sejak 2011. Kalau mereka saja masih deres devisanya, kenapa Austria nggak?

Banyak orang Jerman yang suka bepergian ke Wina melihat bangunan kuno, Salzburg dengan pegunungannya, Inssbruck dengan paduan pegunungan dan kota lama dan tempat-tempat main ski yang menakjubkan. Nggak heran kalau Jerman jadi penyumbang devisa sektor wisata nomor satu di Austria. Disusul Saudi Arabia, baru kemudian UEA. Orang Jerman suka travel dan Austria adalah tempat yang indah dan dekat, selain Swiss, Perancis dan Belanda.

Kita lihat saja nanti apakah sejak diberlakukan keras dan ketat pada tanggal 1 Oktober 2017, ini akan mempengaruhi jumlah wisatawan?(G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun