Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pakai Cadar di Austria, Diancam Denda 2 Jutaan Rupiah

9 Oktober 2017   16:37 Diperbarui: 9 Oktober 2017   23:32 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masker mulut (Dokumentasi Pribadi)

Minggu, 8 Oktober. Itu hari perayaan ultah anak bungsu. Selain mengundang teman-teman kelasnya, kami juga mengundang tante dan om. Sayangnya, mereka nggak bisa datang karena kelelahan dari perjalanan ke Austria selama seminggu. Meski hanya 3 jam-an naik mobil tetap saja capek, namanya sudah lansia. Mana nyetir sendiri lagi. Yahhh, rinderzunge (sop lidah saos tomat), nasi kuning, lumpia dan kaese kuchen (kue keju) sisa banyak ... akhirnya dihabisin sendiri. Sampai hari ini belum habis. Ada yang mau?

Nah, dalam percakapan telepon, mereka mengucapkan selamat ulang tahun pada anak kami dan berjanji akan datang akhir pekan nanti. Pelukan dan hadiah menyusul. Sebenarnya tanpa hadiah, sebuah kehadiran lebih nendang. Betul?

Dalam blah-blah lewat kabel, mereka cerita tentang turis yang tertangkap dan diancam denda polisi Austria karena pakai cadar di tempat wisata. Berapa? Omaigot 150 euro atau Rp 2.325.000,00! Banyak, ya? Kalau duitnya dikasih ke saya, bisa buat belanja kebutuhan sembako seminggu, tuh.

Bagaimana dengan masker mulut?
Tetap nggak boleh dipakai, kecuali kalau menyertakan surat keterangan dokter. Tanpa masker, orang tersebut bisa menyebarkan penyakit kan? Pengecualian itu yang harus dimengerti para turis asing (baik yang berjilbab maupun tidak).

Di bandara Austria, polisi biasa mengambil masker (tanpa surat) yang dipakai penumpang.

Masker mulut (Dokumentasi Pribadi)
Masker mulut (Dokumentasi Pribadi)
Huahhh bebasnya negara kita, boleh pakai masker tanpa surat. Waktu di Jakarta, Semarang dan Yogya tempo hari, banyak gadis berdiri di jalan atau pakai sepeda motor dan memakainya. Bisa dimengerti sebabnya, karena kalau diukur, polusi udara di tanah air, bisa jadi lebih tinggi dari Stuttgart. Sudah diukur?

Stuttgart saja sudah punya ide melarang kendaraan diesel untuk masuk wilayahnya. Jadi di sana, nggak hanya pabrik melulu yang disalahkan. Akibatnya, ada beberapa perusahaan Jerman yang menawarkan penukaran mobil diesel dengan mobil ber-BBM lain dengan uang support 5000 euroan atau sekitar Rp 77.500.000,00. Berharap semakin banyak orang nggak pakai masker untuk melindungi diri dari asap gas beracun di jalanan negeri Mercedes Benz itu dan dapat hak menghirup udara segar.

Selain pakai masker mulut, topeng badut dan sejenisnya juga dilarang kecuali pada musim Fastnacht. Kalau di Jerman biasa dipakai pada karnaval bulan Februari-awal Maret. Mungkin di Austria juga mirip waktunya sekitar itu. Seperti di Swiss juga sama saatnya.

Sementara itu, baca-baca koran on line Frankfurter Allgemein tanggal 2 Oktober 2017, Direktur Pariwisata Wina Austria, Norbert Kettner skeptis. Ia merasa kurang senang dengan larangan pakai masker. Bukankah itu perlu dipakai untuk urusan kesehatan seseorang?

Apa tanggapan masyarakat?
Kembali lagi soal larangan cadar di negeri yang terkenal dengan Kota Wina. Tante dan om Jerman menanggapinya setuju dengan Burka-Verbot atau larangan pakai cadar yang dilakukan oleh pemerintahannya.

Keinginan pemerintah Austria untuk menyamaratakan semua orang yang berada di wilayahnya untuk memperlihatkan wajah sampai dagu hingga garis anak rambut tidak bertujuan mendiskriminasikan satu kelompok, melainkan untuk alasan keamanan dan melindungi wanita yang mendapat tekanan untuk memakainya.

Suami saya bilang sebenarnya nggak papa pakai cadar. Meskipun ada pemerintahan yang mengira bahwa wanita bercadar berada di bawah tekanan untuk memakainya, ia yakin banyak pula wanita yang sebenarnya memutuskan sendiri pemakaiannya, tanpa diminta. Kesadaran diri sendiri, hidayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun