Ohhh, saya ingat. Ada orang Hongaria yang pernah jadi mahasiswa darmasiswa di Indonesia dan sempat belajar mbatik. Begitu kembali ke negaranya sono, membuka butik batik di Szentendre. Hebat ya? Kita mungkin nggak harus buka dasaran batik kayak dia tapi setidaknya tahu caranya, pernah belajar.
Semakin ada rasa bangga saat memakai kain batik begitu tahu prosesnya rumit dan lama. Bukan dari harganya yang mahal, bukan saja dari pengakuan UNESCO pada batik Indonesia tahun 2009 tetapi lebih pada kebanggaan diri telah ikut melestarikan dengan merunut proses melalui mata kepala dan tangan sendiri. Kalau orang asing saja tertarik, kita sebagai pemilik budayanya mosok kalah?
Hari batik 2 Oktober telah lewat tapi ingatan tentang Kampung Laweyan, kampungnya batik di Solo, masihlah hangat. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H