Nah, dalam sharing tentangnya, saya tekankan salah satu benang merah bahwa masing-masing mahasiswa untuk tidak lupa menyenangkan diri sendiri. Itu akan membuat seseorang memiliki jiwa bukan kosong. Dengan apa? Dengan hobi. Karena yang namanya hobi pasti karena faktor ketertarikan dan kesukaan. So, enjoysekali.
Kalau saya suka sekali dengan bahasa Inggris sejak SMP. Meski pas-pasan, saya gaya banget sampai meneruskan pendidikan tinggi dan menjadi guru bahasa Inggris mulai di TK sampai universitas selama di tanah air. Akhirnya, ketika di luar negeri pun, Tuhan memberi jalan ke sana. Jadi Englisch Leiterin.
Bagaimana dengan mereka? Yang suka makan dan masak, bisa hobi di dapur. Yang care tanaman, ayo ... rawat kebun. Yang tangannya terampil, segera bikin hasta karya. Yang seneng nulis? Buruan ngeblog, kirim artikel ke media atau bikin buku! Nuliiis, ayo nulisss.
Bisanya Ngomong Nggak Bisa Nulis! Pijimana?
"I speak a lot but to write something is my handicap. I can't write any word. What should I do?" Begitu tanya seorang mahasiswi dalam bahasa Inggris.
Workshop memang gawean CELE (College of English Language Education) Universitas Islam NU Jepara. Jadinya, bahasa yang kami gunakan dari jam 08.00-12.00 adalah bahasa Inggris. Ya, amplooop. Sudah lama tidak, karena terbiasa menggunakan bahasa Jerman selama di Jerman dan sedikit bahasa Indonesia bersama keluarga dan teman dekat. Agak lupa bahasa linggis.
Ya, sudah, saya berusaha sekuat tenaga untuk nggak menggigit lidah karena harus pakai bahasa Inggris full. Enaknya memang pakai bahasa Jawa. Hahahaha ....
OK, tanpa ba-bi-bu saya bagi pengalaman sebagai penulis pemula. Memulai menulis di media sejak umur 18 tahun. Tulisan pertama saya di sebuah buletin PMI Jateng tahun 1994. Setelah itu, saya coba Trend, Suara Merdeka, Seputar Semarang dan lainnya. Termasuk nulis buku pada tahun 2001 sampai ... entah kapan.
Dasarnya, saya ini orangnya tukang ngomong, cereweeeet banget. Ihhhh, kayak burung dikasih kroto atau semut angkrang warna merah. Ditambah pengalaman cuap-cuap di radio selama 11 tahun dengan record siaran seharian penuh dari jam 05.00 sampai 24.00. Jaman krismon itu, semua pada males siaran karena gajinya nunggak tapi sayanya yang masih semangka.
Untuk ngomong dan nulis, meski jauh dari kata sempurna, saya bisa dua-duanya. Kalau bisanya ngomong ajanggak bisa nulis? Banyak lho, orang yang seperti itu. Seperti mahasiswi tadi. Sudah ngobrol seharian, eee ... disuruh menuliskan apa yang baru saja diomongin, si Komo lewat.
Trik saya bagi pada peserta workshop: "speak-record-replay-write-read-edit!"