Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pentingkah Mendahulukan Penumpang yang Bawa Anak atau Lansia Saat Boarding?

7 September 2017   15:22 Diperbarui: 7 September 2017   15:36 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keuntungan pilih maskapai yang mendahulukan keluarga muda (dok.Gana)

Frankfurt, 29 Juli 2017.

Sudah sampai Frankfurt! Habis check in, kami menuju gate yang tertera pada kartu boarding. Waktuboarding masih lama, kami duduk di kursi tunggu. Ke toilet, checkHP, baca-baca, aaaahh ...menunggu membunuh waktu.

Beberapa menit sebelum waktu boarding, kami berdiri. Sepuluh orang dewasa sudah antri satu lini, kami merangsek ke barisan terdepan menjadi lini kedua.

"Apa-apaan ini? Kamu harus antri ke belakang!" Hardik seorang pria berjenggot yang memakai baju flanel lusuh dan sepatu ket, dalam bahasa Jerman. Huff. Tatoonya bikin miris, euy.

"Biasanya, penumpang yang membawa anak-anak akan didahulukan" Jawab suami saya kalem.

"Kata siapa?" Matanya mendelik, suaranya makin mengeras. Mukanya memerah, dagunya mendongak.

Kami melengos dan bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia karena yakin itu bapak nggak paham bahasa Indonesia. Badan kami masih ditanam di barisan semula, nggak pindah. Halah, keukeuhhhh.

Banyak Maskapai Asing Mendahulukan Penumpang dengan Anak-anak atau Lansia Saat Boarding

Tak berapa lama, suara merdu seorang petugas wanita mengumumkan bahwa waktu boarding sudah mulai, bagi penumpang yang membawa anak-anak dan lansia untuk maju terlebih dahulu.

Diarrrrrrrrrr. Hatahhhhhh. Eh, mana si bapak yang baris nomor satu depan meja boarding dan marah-marah tadi? Haaaaa ... menghilang, saudara-saudara. Dia bilang "Kata siapa???" Tuuuuuhhh ... kata mbak petugas maskapai Qatar! Wekkkk....

Barangkali, si bapak tadi baru pertama kali naik pesawat karena biasanya pesawat asing selalu mendahulukan anak-anak dan lansia. Bisa saja, si bapak lagi M.

Nah, tindakan petugas beralasan karena misalnya sebagai ibu rumah tangga yang punya banyak anak dan sering dibawa ke mana-mana traveling apalagi kalau pas sendirian nggak ada suami, ada beban yang teringankan. Pertama akan membuat anak-anak nggak rewel karena antrian dipangkas. Haduh, kalau anak rewel itu yaaa ... errrrr gemesss. Kedua, ada banyak waktu untuk berjalan menuju tempat duduk, menggiring anak-anak ke tempatnya masing-masing dan menaruh barang-barang (hand baggage) yang biasanya tetap segambreng kayak mau pindahan, di kompartemen. Masih banyak tempat dan leluasa. Bayangkan pula kalau bawa bayi atau lansia. Lebih repot lagi, kan.

Selama jadi penumpang Emirate, Etihad, Qatar dan Lufthansa, saya nyaman mengadakan perjalanan jauh bersama anak-anak, didahulukan!

Selain maskapai yang saya pakai itu, ada maskapai lain yang ramah keluarga muda. Seorang blogger luar negeri, Leslie yang sering travel bersama keluarganya, menuliskan dalam blog "travel with tykes", pengalaman pre-boarding dengan pesawat asing dengan judul "Pre -- Boarding Kids: Which airlines still offer it?"

Berikut adalah maskapai tersebut:

  • Alaska Airlines, khusus keluarga yang membawa anak di bawah 2 tahun.
  • American Airlines, nggak ada aturannya tapi kalau ada permintaan bisa dipenuhi dan gratis. Sebagai catatan pre-boarding bisa diminta siapa saja dengan membayar 10 USD pada AA.
  • Delta, pernah memberlakukan pre-boarding setidaknya sampai April 2014.
  • Frontier, keluarga dengan anak umur 3 tahun ke bawah.
  • JetBlue, pre boarding untuk keluarga dengan anak di bawah 2 tahun.
  • Southwest, keluarga dengan anak usia 4 tahun ke bawah.
  • Virgin America, pre boarding untuk keluarga dengan anak umur 5 tahun ke bawah.

Nggak percaya? Silakan coba sendiri.

Bagaimana dengan Maskapai Indonesia?

Mumpung menghadiri kawin emas bapak ibu, kami bikin rencana exploring Indonesia, menjelajah negeri yang kaya akan flora dan fauna di ribuan pulaunya. Kalau nggak sekarang kapan lagi?

Yup, selama sebulan di Indonesia bulan Agustus lalu itu, kami memakai jasa Garuda, Wings, Lion, NAM dan Sriwijaya Air. Apakah pengalaman kami bersama penerbangan asing sama? Tentu tidak. Tidak semua penerbangan lokal mendahulukan keluarga yang membawa anak-anak.

Padahal di Indonesia itu sudah padat, panas, sumuk gerah pula, anak-anak rewelnya nambah. Capeknya kwadrat. Ihhh.

Masih ingat pertanyaan saya pada petugas NAM:

"Maaf, mau tanya, boarding untuk anak-anak didahulukan nggak, mbak?"

"Nggak, bu. Silakan antri."

Dan anak-anak pun kecewa. Berada di barisan panjang yang ular naga panjangnya. Akibatnya, kompartemen sudah pada penuh dan harus mencari tempat lain. Barang bukan di atas kursi kami.

***

Dari pengalaman saya dan Leslie, adalah sebuah kenikmatan tersendiri, sesuatu, ketika maskapai memiliki kebijakan mendahulukan keluarga muda yang mengadakan perjalanan bersama anak-anak.

Akhirnya, ketika membeli tiket, kami akan lebih mengutamakan membeli dari maskapai yang ramah keluarga muda. Der Kunde ist Knig, pembeli adalah raja ... jadi menang milih. Jadi lain perkara kalau nggak ada pilihan lain.

Mengingat Indonesia penduduknya padat dan keluarganya subur-subur alias banyak anak, peraturan pre-boarding bagi penumpang yang membawa anak-anak dan lansia, saya pikir sangat penting diadakan dan sangat menguntungkan konsumen. Bukankah peningkatan pelayanan bagi penumpang adalah misi kebanyakan maskapai di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia?(G76).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun