Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Gitar vs Kelapa

2 Agustus 2017   15:48 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:30 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Penyu! Tujuan anak-anak hari ini. Bali memang punya keindahan yang menawan tapi soal binatang nggak pernah lepas dari otak mereka. 

Berangkat pagi-pagi diantar sopir pahe. Kami tiba di sana pukul 10.00. Tak banyak bule yang ada di Tanjung Benoa. Mungkin lagi pada bangun dan makan pagi. Seorang "bule" jadi-jadian menghampiri; 

"Mau Watersport, Buk"

"Mau lihat penyu" saya menoleh.

"Sini, bu, lihat daftar. Harganya 800.000"

"Wih larang men, mahaallll."

"Untuk semua, harga lokal, 2 dewasa dan tiga anak ke Pulau sama glass boat."

Diengggg. Murah. Muraaaaah pakai banget. Tahun lalu saya harus bayar 400 ribu per orang! Tangan suami saya gandeng ke kasir. Bayar dan berangkat.

Perjalanan yang katanya 10 menit itu rupanya lebih dari 15 menit. Mengapung di atas air laut yang ombaknya lagi gede? OMG, bukan saya banget. Tinggal lama di Jerman bikin saya makin hati-hati, mengutamakan selamat. Pelampung, mana pelampuuung?

Syukurlah, kami tiba di pulau. Penyu raksasa di pintu gerbang menyambut. Seorang bule jadi-jadian lainnya menyambut saya pakai bahasa Inggris. Eaaaaa, saya orang Jawaaaa. Ah, mungkin karena buntut empat yang mengikuti saya....

Usai membayar kontribusi 10 ribu dewasa dan 5 ribu anak-anak, Mas bule mengantar kami keliling.

"Mari saya antar" katanya.

"Alamat bayar mahal" bisik suami saya.

Langkah saya mengekor si Mas. Lucunya, dia coba pakai bahasa Jerman dan suami saya suka pakai bahasa Indonesia. Korslettt.

Di sela percakapan tentang burung bernama Claudia, Helmut, penyu Umur 25 dan 70 tahun, ia menyebut saya dan suami bagai Romeo dan Juliet. Cieee. Sedangkan istrinya, waktu nikah seperti gitar. Sekarang, dia bagai kelapa, bulet. Si mas cerita sambil tepok jidat.

Suami dan saya ngakak. Teganya, teganya, teganya. Tetapi saya mikir lagi. Mungkin saja seperti itu lumrah terjadi. Curhatan pria yang telah menikah 15 tahun lamanya yang pasti kalau disurvei banyak angkanya. Sebuah hal yang biasa saya lihat di dunia ini bahwa tubuh melar karena pola hidup dan pola makan yang berbeda. Mau mengembalikan ke bentuk awalnya nggak semudah kata-kata. Mikirnya,"Halah, sudah lakuuuu, nggak papa."

Siapa yang salah kalau ada istri dibilang suami bentuknya kayak kelapa? Jujur memang kadang menyakitkan tapi itu benar adanya. "Tidak ada dusta di antara kita."

Lantas pijimana? Solusinya, suami harus menerima istri apa adanya seperti janji-janji manisnya dulu, layaknya cinta buta yang nggak bakalan berhenti mengalir. Disayang, dipuja, didamba... nggak seperti sekarang yang jatuh saja disyukurin "Matanya taruh mana, sih, pakai acara jatuh segala?" Yaelahhhh, kejam. Nggak ingat waktu pacaran.

Jika suami nggak menerima perubahan fisik istri, jangan lirik dan nyangkut ke wanita lain tapi istri selayaknya berupaya melakukan program diet dan olah raga demi membahagiakan suami dan kesehatan diri. Bukankah badan langsing juga enak dipandang dan ringan dibawa ke mana saja? Lagian kadang boros kalau semua baju nggak muat lagi, beli lagiiiiii.

Kalau sudah kembali pada wadah semula, wanita harus selalu jaga diri. Jangan sampai melebar lagi. Memanjang sudah nggak bisa lagi, kaaann.

Hey! Untuk program langsing  beberapa wanita berani rogoh kocek dalam-dalam. Padahal jika dilakukan sendiri dengan disiplin, bisa! Makan diatur, olahraga teratur. Yang nggak punya duit atau suka hemat, gigit jari, no special treatment.

Tanpa diminta, pasti Anda sudah ingin melakukannya, meski dengan cara Anda sendiri. Pertama karena mencintai dirinya sendiri biar sehat. Kedua karena tahu  nggak semua suami suka istrinya gendut tapi komplennya di belakang alias nggrundel bahkan sampai tahapan yang menyeramkan ...selingkuh. 

Saya tahu tidak semua orang punya tubuh yang gampang diajak kompromi seperti tubuh saya, yang kalau ibaratnya diisi setong, nggak melar-melar juga. Sedangkan wanita lain, makan lebih dari sepiring saja sudah jadi balon. Itulah anugerah masing-masing orang. Akibatnya, yang kurus pengen gemuk, yang gemuk pengen kurus. Ada yang mengeluh.

Sebenarnya, istri punya harga tawar ketika ia punya kelebihan yang dipandang suaminya sangat luar biasa dan itu akan menutupi kekurangan istri berupa bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan yang diinginkan suami. 

Sebagai wanita, istri dari suami, memang harus pinter merawat diri dan mengembangkan diri. Kalau segala usaha sudah dilakukan dan hasilnya maksimal tapi suami tetep macem-macem, human error namanya.

Ya udah. Begitulah curhatan seorang suami hari ini. Istri yang dulu gitar sudah jadi kelapa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun