Sebaliknya, jika di luar negeri bulan puasa jatuh pada musim Winter akan lebih pendek karena hari cepat gelap kan? Mirip di Indonesia lah, bedanya; saaaangat dingin.
Kalau Jerman lebih panjang dari negeri tanah tumpah darah kita, rupanya New Zealand justru lebih pendek. Batas terakhir makan dan minum serta pantangan lainnya adalah jam 6 pagi. Buka puasanya pada pukul 17.00. Bahkan lebih pendek dari Indonesia.
Seorang teman SD yang kini mengikuti suami bekerja di sana bercerita bahwa puasanya lancar jaya.
"Alhamdulillah, aku gak bolong blas ... adem, enak. Ing Indonesia hot, ngelak." Puasa teman saya 30 hari full! Hawa di NZ adem, lain dengan di tanah air yang bisa kehausan karena panas.
"Mosok rak bolong, emange menopouse? Nggak mens po?" Merasa keheranan karena setiap perempuan biasanya akan bolong seminggu karena datang bulan nggak wajib puasa.
"Hamil."
Saya salto. Lah iya lah, orang kalau hamil ya nggak bakalan datang bulan. Jadi bisa ikut berpuasa jika mampu. Daripada untuk membayar fidyah, kata dia, lebih baik untuk jalan-jalan keliling dunia. Lapar dahaga bisa ditahan, bahkan melatih kesabaran dan keimanan. Menahan piknik? Mana tahaaan. Saya kira, saya setuju dengan opininya. Tetaplah sehat dan bahagia, friend.
Philippina = 15 jam
Lain waktu, entah mengapa, saya ambil HP begitu saja dan mengajak chat seorang Kompasianer yang saya kenal. Ketika menanyakan kemungkinan membuat talkshow di universitasnya selama kunjungan saya ke Indonesia summer nanti, ia mengaku sedang berada di Philipina. Maklum kalau sibuk, belum bisa mikir. Xixixi ... dik, semoga nggak sibuk mikir "Ya, ampun ... kapan buka puasanya?"
Pria yang juga dosen sebuah universitas negeri itu sedang mengikuti sebuah pertemuan dosen se-ASEAN di negara kepulauan yang pernah dipimpin Ferdinand Marcos itu. Karena sedang dalam bulan Ramadan, saya tanya-tanya tentang puasa:
"Hehehehe ... alhamdulillah normal koyok ndek omah." Tulisnya dalam whatsapp.