Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Begini Gambaran Rumah Pengungsi di Jerman

29 Mei 2017   16:41 Diperbarui: 29 Mei 2017   18:43 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peraturan dalam berbagai bahasa (dok.Gana)

Namun rupanya, orang Afrika masih membawa kebiasaan dari negerinya. Istri Muhamad yang sedang mengiris daging sapi, saya dekati. Muhamad menjelaskan bahwa daging itu dibeli di toko khusus bagi orang Afrika, di kota. Alasannya, orang Afrika kebiasa makan daging potong fresh, nggak suka beli di toko Jerman yang stok lama.

Eh, kalau motong dagingnya jam 22.00 an makannya jam berapa? Ohh, rupanya mereka kebiasa terlambat makan malam. Kami disuruh menunggu sampai masak dan makan bersama, tapi hari sudah larut. Kami pilih pamit.

5. Sandang

Pada awal kedatangan, masyarakat Jerman memberikan bantuan berupa pakaian pantas pakai kepada para pengungsi.

Waktu ngobrol dengan Leticia, saudara perempuan Abraham, saya tanya dia, darimana mendapatkan baju untuk ketiga anaknya. Katanya dari kota. Pernah beberapa kali saya lihat orang Afrika pada masuk toko secondhand dari Caritas, lembaga sosial yang didukung gereja. Di sana harga murah (1 € an) dan kondisi barang masih prima dan layak pakai.

Apa tanggapan masyarakat terhadap pengungsi?

Biasalah, ada yang pro dan kontra. Ada yang mendukung, ada juga yang anti. Nggak heran kalau partai AFD-Alternative für Deutschland banyak fansnya dan beberapa kali demo anti pengungsi. Sedangkan yang mendukung keputusan kanselir, mereka ini banyak memberikan bantuan

Hmm. Saya ingat, seorang teman di kelas mengatakan, sebagai orang Suriah ia merasa malu ketika bertemu seorang pengungsi dari negaranya yang memiliki anak banyak dan mengatakan bahwa ia sangat senang diterima dan berada di Jerman. Selain negara sosis ini lebih aman, nyaman, ada sokongan dari pemerintah untuk anak-anaknya. Paling tidak ada 1500€ ia dapat untuk kelima anaknya. Itu yang menjadi alasan ia malas cari kerja. Teman saya yang banting tulang cari pekerjaan ke sana-ke mari jadi nggak enak hati sendiri. Ada yang susah payah bertahan di Jerman, kok, ada yang menyalahgunakan fasilitas Jerman? Itu opininya.

Sementara itu, seorang teman dari Slovakia mengaku ia paham mengapa ada orang Jerman yang anti pengungsi. Salah satu tetangganya yang orang Jerman, dipecat dari pekerjaan hanya karena sehari nggak masuk kerja. Sedangkan menurutnya, pengungsi ditampung tapi nggak diijinkan untuk bekerja.

Beberapa orang Jerman yang pernah saya tanyai, ada yang setuju, tidak setuju dan nggak peduli. Yang nggak setuju karena bayar pajak yang mahal dan merasa dibuang untuk dibagi kepada pengungsi. Yang setuju karena itu untuk kemanusiaan, hal yang baik. Yang nggak peduli, karena masih banyak hal penting lainnya di dunia ini yang harus dipikirkan ketimbang soal pengungsi.

Sebenarnya, pemerintah Jerman sudah menyediakan program pekerjaan untuk pengungsi berupa Ein-Euro-Jobs. Pekerjaan yang upahnya 1€ sejam itu pastinya akan menambah jumlah pengungsi yang mampu mendapat pekerjaan tetap di Jerman. Menurut web Zeit on line yang pernah saya baca, banyak pengungsi yang akan mendapatkan pekerjaan tetap itu setelah 5 tahun tinggal di Jerman. (G76).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun