Namanya anak, waktu kecilnya rame ... begitu sudah pada besar dan mandiri rumah/dunia jadi sepi, sunyi, senyap, sendiri. Makanya, enjoy times with family as much as we can. I love my family.
Saya komentar tentang fillet yang saya makan, lembut nggak bikin gigi sakit mengunyah. Harganya, jangan tanya.
Si boss yang makan ikan pakai demonstrasi pembukaan ikan agar durinya pada ilang di meja kecil oleh waitress, terpesona. Menurut saya, itu menu yang cocok untuk dipilih beliau. Nggak cuma karena enak dan sehat tapi juga menarik untuk dilihat.
Sampai di depan mata boss, apa yang ada di piring difotonya “I want to make my wife in London jealous about what I’m eating now. It’s nice and I believe so delicious.“
Nggak hanya didokumentasikan, segera beliau menulis status dan mengunggah foto di FB serta menanyakan nama saya. Selain suami dan kemenakannya, rupanya nama saya perlu untuk ditag. Sinyal yang bagus, berarti kehadiran saya diakui.
Meski nggak pernah ikut kursus table manner, saya harus tahu bahwa nggak boleh sendawa, piring dan alat makan nggak boleh beradu kenceng, cara minum yang nggak kayak orang kehausan, sering menggunakan kata “tolong“ dan “terima kasih“ serta sikap duduk yang baik dan wajah manis.
8. Mengikuti topik diskusi ringan
Bisnis big boss adalah alat kedokteran. Jangankan tentang alat-alat kedokteran, lihat jarum suntik saja sudah ngilu. Betapa tidak, lihat endoskopi yang biasa dimasukin ke dalam tubuh jadi bayangin kalau itu di tubuh sendiri. Lihat gunting bedah, sudah lemes bayangin kalau yang digunting tubuh sendiri. Kayak gitu, dehhhh.
Jadinya sebenarnya, topik tentang itu saya nggak begitu suka tapi tahu sedikit-sedikit karena hampir tiap hari suka bantuin suami untuk menyortir dan mengepak, sebelum dikirim ke seluruh dunia.
Nah, topik utama yang diambil hari itu adalah tentang pisau. Yang selain mengutamakan segi manfaat juga keindahan, pakai bordir. Topik lain tentang apa yang dilakukan anak-anak si bos dan kemenakan.