3. Koordinasikan rescue strategy/process dengan baik
Dalam film Amrik tadi, rescue dilakukan oleh tim profesional karena menyangkut teror bom hingga sabotase lift. Prosesi penyelamatan harus tetap teratur. Siapa yang didahulukan? Anak-anak dulu, ibu hamil, orang tua, baru yang muda dan itu tadi ... yang tidak bisa keluar ... tetap di tempat. Tim penyelamat di atas membantu dari atas, penumpang lainnya, membantu dari bawah. Jangan saling dorong atau rebutan.
Sedangkan dalam kejadian yang saya alami, kecelakaan lift lebih pada kesalahan teknis. Saya taksir lift sudah tua dan kurang dirawat. Bahkan beberapa tahun memang sempat ada pengurangan jam operasi lift karena penghematan listrik di mall itu.
Karena lift berhenti tidak tepat di pintu, teknisi menurunkan atau tepatnya menyetarakan posisi kabin lift dengan pintu lift sejajar. Teknisi akhirnya membuka pintu lift secara manual. Kami keluar seperti lumrahnya tidak terjadi kecelakaan lift.
Oh, ya. Rasanya berada di lift yang diturunkan secara mendadak tadi, seperti turbulence pesawat atau ketika Kompasianer naik mobil naik turun bukit dengan jalan yang naek turun. Mak serrrr di perut. Eh, copooot. Mana tahaaan.
4. Lain kali jika memungkinkan, gunakanlah anak tangga atau tangga berjalan daripada lift
Pernah bekerja di lantai XI selama 7 tahun di mall itu dan mengalami sekali kecelakaan lift yang relatif lama waktunya, membuat saya agak trauma dan justru merasa senang ketika ada penghematan penggunaan lift. Akhirnya hanya bisa sampai lantai VII dengan lift. Kalau mau sampai lantai XI engklek alias jalan kaki. Atau tangga berjalan sampai lantai V dan jalan kaki sampai lantai XI. Kaki bisa mbledhos dan keringetan sebelum nyap-nyap di depan microphone. Yaelahhhhh.....
OK. Nggak pakai lift tapi anak tangga. Pertama memang sehat karena jalan kaki. Lama-lama jadi merinding karena dari lantai VII baru ada kehidupan di lantai XI. Hiyyy. Lantai VIII-X tidak ada kantor atau orang. Takut disapa makhluk halus, ya ampunnnn nelangsa. Apalagi ada cerita bunuh diri di lantai VII waktu itu. Orang terjun bebas di sana, stress lalu meninggal seketika.
***
Baiklah. Memang tidak semua orang diberi cobaan mengalami kecelakaan lift di dunia ini. Artikel ini sekedar share. Kalau dipendam sendiri, rugi bandarrrrr.
Hmmmmm ... dari pengalaman kecelakaan itu, saya jadi nggak takut kalau sekali-kali diajak teknisi mall Semarang itu, untuk naik di atas kabin lantas pegang talinya dan turun pelan-pelan. Kann sudah mengalami yang lebih parah. Hehehe. Pengalaman tak terlupakan. Sebagai ucapan rasa terima kasih, besoknya teknisi yang pendiam itu (lupa namanya) dikirim lagu bagus dan salam dari udara. Hahaha. Impas. Toss duluuuu.