Waktu itu, saya yang habis pulang siaran dan orang-orang yang kelar belanja di Matahari Plasa Simpang Lima Semarang. Ada di dalam lift.
Kalau terjebak di dalam lift hanya dalam hitungan detik atau menit, mungkin tidak separah ketika jam-jaman di dalam ruangan sempit dengan banyak orang dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Kalau lama kan selain hati was-was, pikiran jelek juga udara menipis. Ughh.
Yak. Panik boleh tapi tetap tenang dan berdoa pada-Nya sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Jadi ingat yang belum sholat lah, yang lupa sedekah lah, yang... yahhh pokoknya jadi bersalah dan aneh-aneh lah pikirannya kalau terjebak di lift tuuuuh.
Kepanikan akan membuat pikiran orang black out alias “auk ah gelap.“
Kepanikan akan memancing emosi orang yang terjebak di dalam lift sehingga memicu perseteruan yang sebenarnya hal sepele tapi jadi gawe. Membuat kerusuhan akut. Contohnya ada di dalam film tadi bahwa salah satu penumpang yang tidak bersalah, diduga teroris hanya karena berasal dari negara teroris. Stereotype. Rame deh.
2. Tekan tombol komunikasi
Di dalam dinding lift biasanya ada kotak aluminium dengan bolong-bolong lubang kecil dan tombol. Tekanlah jika kondisi mengharuskannya. Tombol bukan untuk mainan atau mempermainkan teknisi yang jaga, jika darurat saja.
Telepon genggam biasanya tidak ada sinyal, jadinya useless kalau dipakai. Tambah serem lagi kalau sudah tidak bisa dipakai ... low batt lagi. Biyunggg!
Tombol komunikasi di dalam lift itu terhubung dengan pos jaga teknisi atau alat komunikasi teknisi.
Saat komunikasi terjalin. Usahakan hanya satu yang bicara diantara penumpang. Kalau ngomong semua, cit cit cuit kayak burung dalam sangkar, informasi tentang apa yang terjadi dan bagaimana kelanjutannya jadi tidak terdengar. Payah kan?
Sepertihalnya di dalam film Hollywood tadi, kecelakaan lift yang terjadi pada saya (kami), hanya salah satu penumpang yang bicara. Lainnya hening.