“Selamat hari perempuan, buu ...“
Pagi-pagi suami saya sudah kasih kecup sayang dan memeluk erat-erat. Saya pegang jidatnya, nggak panas. Berarti nggak lagi menggigau. Saya cubit, dia mengaduh. Ahhhh, dia sedang tidak bermimpi!
“Aku hari ini “libur“ ...“ Saya mengingatkannya.
Biasa, kalau merayu pasti minta upah. Karena sedang berhalangan, harus diinformasikan segera, biar nggak kecewa.
“Nggak buuuu ... hari ini hari perempuan, kamu boleh relax, nggak boleh stress. Nanti malam garasinya nggak bisa dibuka.“ Kami pun ngakak berdua.
Eh. Garasi? Tukang pasang keramik kamar mandi yang sudah datang jam 7.18 dan mendengar percakapan kami, bingung. Lah iya, wong garasi di mana bahan bangunan tergeletak, jam 7 pagi sudah dibuka, kok dibilang nggak bisa dibuka. Siang dan malam beda, ya? Hahaha.
Rupanya, hadiah indah dari suami pada hari perempuan internasional tidak hanya ucapan dan tumpahan rasa sayang. Siangnya, habis meeting di kantor temannya (red: bukan mijit sing penting-penting), sudah telpon dari mobil:
“Aku punya hadiah untukmu, pasti kamu suka ...“
Halahhh ... hadiah opo maneh tho, pakkkk? Setiba di rumah, saya baru tahu. Yaelahhh ... karton box besar! Surpriseeee. Isinya? Rosenbogen alias gapura besi untuk bunga mawar. Ihhh, perhatian ... tahu saja kalau saya suka tanam mawar dan yang jenis merayap, hanya dililitin ke pohon tinggi sebelahnya. Nggak ada pagar, nggak ada gapura. Sekarang jadi lebih rapi dan beautiful. Uhukkk.
Walaupun Aku Lemah, Ibuku Kuat!
Yang ucapin selamat hari perempuan sedunia nggak cuma suami tercinta. Beberapa ucapan saya terima dari teman di FB dan WA. Salah satu yang berkesan adalah dari mbak Ayuk di Freiburg. Ia mengirim sebuah link video yang menyayat. Isinya tentang pidato gadis Korea Utara. Apa yang istimewa?