Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

10 Bahan Alami Penyebab Gigi Kuning

16 Februari 2017   16:32 Diperbarui: 16 Februari 2017   18:52 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu. Jatahnya pergi ke dokter gigi. Huuuh, Zahnreinigung! Pembersihan gigi rutin yang dianjurkan dokter Jerman itu tidak saya sukai tapi harrrruuuuus dilakukan.

Siap, grakkk. Jam 11 siang, Termin atau jadwalnya. Berangkat jam 10 dari rumah. Sengaja lebih awal karena takut telat. Maklum meski perjalanan hanya 15 sampai 20 menit dari rumah ke sana, cari parkir di kota pasti susah. Mana hari sangatlah cerah. Dan... ikut cara orang Jerman, datang lebih awal bukan terlambat! Terlambat sedetik saja, semua sudah lewat. Kapok tenan.

Akhirnya. Betul, butuh 10 menit buat cari tempat parkir. Dapatnya lumayan jauh dari tempat dokter, iya... deket kuburan! Yaelah ... kuburan.

Tiba di meja reseptionis. Si petugas bengong, masih setengah jam.

“Anda punya jadwal jam 11, betul?"
“Ya...“ saya senyum manis tapi nggak manja.
“Anda tahu harus nunggu lama, nggak papa?“ kening Si Mbak mengkerut.
“Sengaja, takut nggak dapat parkir. Dan tadi muter-muter nggak dapat, dapatnya di kuburan.“

Tertawalah petugas ayu berambut pirang-bermata biru itu. Setelah hampir setengah jam menunggu, saya dipanggil. Majalah Kosmo saya kembalikan di rak ruang tunggu, Wartezimmer.

Tata Cara Pembersihan Gigi
Di ruangan nomor empat itulah, saya digarap. Tukang gigi cantik (bukan dua dokter gigi langganan yang biasa menangani gigi-gigi saya selama bertahun-tahun di praktek dokter gigi Jerman) meminta saya berbaring di kursi khusus. Alat-alat sudah siap di meja. Lampu seterang lampu operasi itu menyorot gigi saya. Frau W memakai masker transparan, supaya tidak terciprat kotoran waktu membersihkan. Tangannya dibalut sarung tangan latex sekali pakai.

“Ada pertanyaan?“ Saya bingung mau tanya apaaa. Pertanyaan itu bikin saya merasa ...wahhhh alamat mahal! Si Ibu mengatakan kalau sakit waktu dibersihkan karang giginya, angkat tangan dan acara pembersihan akan dihentikan sejenak. Ia meletakkan alat penyedot air atau ludah dari dalam mulut dan tangannya mulai sibuk ngebor.

Ya, ampun. Nelangsa. Rasanya ngilu tapi tetap bertahan.

Rawatlah gigi dengan baik dan benar (dok.Gana)
Rawatlah gigi dengan baik dan benar (dok.Gana)
Setengah jam berlalu. Sudah bersih karang giginya, disuruh berkumur di baskom sebelah kiri dekat kursi.

Kemudian, gigi yang blentang-blentong (separoh putih separoh kuning) dipelitur dengan pasta warna hijau, rasanya pedas seperti odol. Kabarnya ini bisa menghilangkan warna kuning. Masak? Nah, sikat pelitur otomatis digerakkan si petugas ke seluruh gigi dengan saksama. Haaaa.... saya merasa jadi buta ijo. Pantulan gigi saya di lampu operasi begitu hijau. Beberapa menit kemudian, disuruh berkumur.

Gel merk 'Elmex“' yang biasa saya berikan untuk anak-anak agar dipakai seminggu sekali, dioleskan. Huekkk. Nggak enak. Setelah 2 menit, baru boleh berkumur. Gel itu untuk menjaga kondisi email gigi. Kalau kuat, email akan melindungi dari bakteri sehingga tidak mudah ada plak. Gigi yang tidak bersih menjadi sarang bakteri dan berakibat buruk pada kesehatan tubuh, menyebar. Kata tukang gigi dan dokter Jerman, sih.

Kabar baik; proses selesai! Bad news-nya, total yang harus dibayar 60€ atau setara Rp 900.000. Bisa cash atau gesek kartu. Ughhh. Sudah bisa untuk mencetak buku indie PoD, tuh! Memang betul kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati. Perhatikan betul konsumsi makanan dan minuman demi kesehatan dan kecantikan gigi.

10 Bahan Alami yang Menyebabkan Gigi Berwarna
Apa saja yang mampu menyulap gigi putih jadi kuning, selain gen?

  1. Teh Hitam
    Teh hitam adalah teh yang disukai banyak orang Indonesia dan tentunya, Asia. Sayangnya kurang baik untuk gigi putih. Kalau tidak percaya teh hitam berperan memberi warna tingkat tinggi pada gigi, perhatikan gelas atau cangkir yang baru saja diminum. Ada bekasnya kaaann? Kalau bahan gelas atau keramik saja susah dicuci, apalagi gigi?

    Ya, udah, kepikiran pindah ke teh buah saja? Walah, sama saja. Kabarnya teh buah yang berwarna juga memberikan kontribusi warna, meski tidak seintensif teh hitam. Teh itu misalnya dari Hagebuten atau pentolan dari bunga Hagebuten (mirip bunga mawar; mirip daunnya, banyak duri di batang, kelopaknya agak jarang, pentolan mahkotanya lebih gemuk). Atau teh dari berries.

  2. Kopi
    Negara penyuka kopi seperti Jerman, yang punya kebiasaan minum kopi pagi hari dan sore-sore (kaffe trinken) pastinya punya masalah dengan populasinya yang memiliki gigi berwarna (red: bukan putih bersih).

    Waktu kami minum kopi di sebuah cafe di pusat Kota Meersburg, sang waitress menyodorkan secangkir kopi dan segelas air putih untuk suami. Saya bingung, kann nggak pesan air putih? Atau itu untuk wijik atau mencuci tangan? Oalah, rupanya, itu untuk penangkal warna biar tidak intensif menempel di gigi. Hitam? Nggak, tapi.... OMG... warna coklat atau kuning akan nangkring di gigi.

  3. Anggur Merah (Wine)
    Minum anggur (wein) segelas sehari, dipercaya orang Jerman sebagai penjaga kesehatan jantung. Jerman Selatan misalnya, sangat kaya akan hasil anggur dan wine. Itu pula yang mendorong kebiasaan minum wine secara turun temurun. Namun, gigi kuning juga sebagai penantang perasaan untuk mengonsumsinya. Bagaimana? Masih mau minum wine tapi giginya berubah warna? Mangga....

  4. Cola
    Bahan cola itu kan banyak gula. Nggak heran kalau cola akan membuat gigi berwarna. Selain tidak baik untuk gigi, cola tidak bagus untuk berat badan. Bisa-bisa, tubuh jadi overweight.

  5. Temu Lawak/Curcuma dari Kari (Curry)
    Yang pernah ke Jerman atau tinggal di Jerman, pasti tahu dong currywürst, makanan berupa potongan sosis berkulit coklat bukan putih dan dibumbui kecap dan kari kuning. Makanan itu sangat disukai orang Jerman dari anak-anak sampai dewasa. Itu banyak ditemukan di pasar malam, pasar natal, pasar mingguan bahkan setiap hari di kedai yang menjamur.

    Bapak saya mengajari mengkonsumsi ini untuk kekuatan perut dan hawa nafsu makan. Sayang, warna kuning-coklat pekatnya nggak bagus untuk gigi.

  6. Kunyit
    Orang Jerman menyebutnya safran. Mereka tahu kalau kunyit ini mahal. Iyalah, impor. Bagaimanapun, mereka menyukai harumnya kunyit. Ini kabar, pasti membuat penyuka jamu kunyit asem seperti saya sedih. Aduh... kunyit alias kunir ini sangat berperan dalam memberi warna pada gigi.

    Sebulan sekali biasa minum dari sachet. Berarti harus segera berkumur atau sikat gigi biar warna kunyit tidak bertahan lama di gigi. Kemudian, sikat gigi. Lihatlah, kalau tangan kita mengupas kunyit dan memarutnya, tangan kita jadi kuning oranye. Mencucinya tidak bisa dalam sehari. Itu pula yang akan mewarnai gigi kita.

  7. Buah-buahan Berries, yang Menyebabkan Flek di Baju
    Blekberi (hitam), bilberi (biru/ungu), bluberi (biru/ungu), frambos (merah) adalah contoh dari buah-buahan yang susah dihilangkan pada pakaian. Kalau matang betul, buah-buahan yang banyak ditemukan di Jerman itu sangat lezat. Biasanya akan dibuat hiasan kue, topping pancake, jus atau hiasan es krim. Yang indah dan lezat tak selamanya happy ending.

  8. Jus Anggur
    Itu dikhawatirkan akan membuat gigi berwarna kuning. Asam dari jus dan warna merah buahnya, akan menetap di gigi. Gigi memang tidak serta merta merah tapi kuning! Oi, sama halnya dengan meminum wine tadi yang sudah tercampur alkohol.

  9. Kecap Manis
    Nah, ini nih. Orang Indonesia kalau masak suka dibumbui kecap. Contohnya; sate, oseng-oseng, nasi goreng dan entah apa lagi. Kalau nggak dikasih, kurang nendang masakannya, euy. Hmm. Rupanya, warna hitam pekatnya, bisa menempel bertahan lama di gigi, lho. Ingat, kecap adalah campuran kedelai dan.... gula!

  10. Tembakau
    Tahu budaya susuran atau nginang, kan? Kalau tidak salah ada bahan tembakaunya. Yang kalau "cuh" ke tanah atau kaleng paidon khusus, keluar warna merah. Konon, gigi akan sehat dan kuat. Tapinya... upsss. Tentu saja gigi terpengaruh warna kunyahan dengan bahan itu.

    Tembakau juga bahan dari rokok. Nggak heran kalau orang yang suka merokok, ada yang tangannya agak kuning dari kebiasaan memegang rokok. Sama halnya dengan gigi yang menggigit putung rokoknya dan menghisap asap rokok.

***

Iiiihhh.

Lantas, bagaimana dong? Apa yang harus dilakukan jika masih ngotot mengonsumsi 10 bahan alam di atas?

Puasa nggak mengkonsumsi bahan alam tersebut? Oh, nooo. Mana tahaaaan?

Bleaching? Mahal dan bisa berbahaya kalau tidak diawasi experts. Gegabah asal beli di apotik atau toko kosmetik, tidak direkomendasikan. Lebih baik ke dokter gigi yang memang tugasnya membersihkan gigi dari flek.

Saya tahu, dokter pagi itu menyarankan saya yang rajin minum teh buah; tetap mengonsumsi teh lalu segera membilas dengan air putih. Jangan lupa sikat gigi.

Sikat gigi secara teratur dan bersih itu bukan berarti terlalu kuat menyikatnya karena berakibat email gigi terkelupas dan gigi rapuh sehingga mudah diwarnai bahan alami. Maka dari itu, lakukan juga untuk bahan-bahan lain yang menimbulkan warna.

Kebiasaan otomatis: menyikat gigi dua kali sehari dan periksa gigi setiap 6 bulan sekali. Nggak usah menunggu kalau mata sembab menangis karena kesakitan, gigi sudah mau meloncat sendiri atau pipi sudah segede gaban. Pleeeeease, deh.

Salam sehat gigi. (G76).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun