Saking terpesonanya menyaksikan kejadian itu, kok, ya saya lupa fotoooo! Maaf, ya tapi asli ini bukan hoax. Dasar speechless, membuat kamera HP nggak segera dipencet. Refleknya dol! OMG. Moment sudah bubar. Mata ini saja yang jadi saksi betapa indah kebersamaan yang tercipta pagi itu.
Eit. Apa saya lupa fotoan sama Thomas? Tentu tidak! Begitu pendeta menutup acara dan mengucapkan terima kasih kepada para tamu, khususnya Thomas, saya langsung berdiri buat nyelonong dan bilang ke suami:
“Pak, aku mau selfie sama Thomas. Mumpung nggak banyak orang. Ayo, ikut....“
Suami yang lagi santai duduk, kaget, segera beranjak dari kursi. Thomas sudah berdiri, di depannya, seorang gadis teenie berambut blonde asyik bercakap-cakap dengannya. Ia tidak minta foto, cuma tanya beberapa hal. Untung tidak tanya; “Minta Gummi Bärchen, dong“.
Saya pegang tangan kirinya dan berkata:
“Boleh selfie denganmu, Thomas?“ Iapun mengangguk, segera berpose. “Lihat kamera di sini, ya“ Jari saya menunjuk bagian atas HP supaya posisi mata kami hidup di kamera. Yahhh ... posisi horizontal nggak muat karena tinggi banget dia. Dua meteran kalii. HP vertikal. Cekrek! Jadi. Begitu mengucapkan terima kasih, ia mengulurkan tangan kiri. Mengapa bukan tangan kanan? Semua tangan memang baik, hanya saja dia bukan orang Jawa yang diajari untuk mengutamakan tangan kanan karena tangan kiri untuk cebok (saru). Ah, bukaaaan, mungkin karena tangan kanan Thomas lagi sibuk bawa sebuah tropi icon Tuttlingen dari perunggu pemberian pemda yang mirip piala Oscar bikinan ahli patung dari Tuttlingen. Entahlah, nggak mengamati. Sing penting happy menjabat tangan orang sukses. Siapa tahu ketularan. Huuuh .... ibuk-ibuuuuk!
Nah, setelah itu, ajang rebutan selfie berlangsung sangat ganas. Nggak bisa bayangin kram pipi Thomas, capek harus senyum terus. Begitulah kalau jadi public figur.
Jadi ingat, kalau acara talk show buku di tanah air usai, pasti diteruskan selfie-wefie dan tanda tangan. Mumpung dibutuhkan, dengan senang hati .... cieee. Nggak mau jual mahal, takut kuwalat ping sewu. Eh, sudah pada beli buku saya, “Exploring Hungary“? Tanda tangan Agustus, yak! Uhuk.
Pria berambut bule dan gondrong itu paling ngetop dari acara “Wetten, das ...?“ Acara yang pernah ngetrend itu ditinggalkannya. Apa pasal? Tidak sesuai dengan nurani. Sebagai pembawa acara, kadang ia tak tega atau tidak bisa mentolerir kejadian buruk atau kecelakaan yang terjadi dalam rangka acara pengejar rating itu. Misalnya, ada peserta harus meloncat di udara, resiko ditanggung peloncat dan beberapa tamu yang hadir (ada artis lokal bahkan internasional/Hollywood) dipersilakan menerka apakah peserta berhasil melakukannya atau tidak. Deg-degaaaaaannn!