Dalam Christbaum Loben sendiri, sangat mungkin tercipta kalimat-kalimat sanjungan indah seperti “Pohon natal milikmu sungguh memesona“, “Hiasannya unik, bikin sendiri? Wah, tekun dan kreatif sekali kamu“, “Pohon natalnya rimbun sekali, beli di mana dan berapa harganya?“ atau “Wow, lampu lip-lopnya keren. Tahun depan kami harus memasang lampu di pohon natal kami juga, deh“ dan seterusnya.
Budaya itu layak lestari dalam masyarakat Jerman. Sementara, baru saya temukan di Tuttlingen, Buchheim dan Hüfflingen. Artinya, sangat subur di negara bagian Bayern dan Baden-Württemberg. Bagaimana dengan 14 negara bagian Jerman lainnya?
Dalam perbincangan dengan guru bahasa Jerman saya tempo hari, ia menerangkan bahwa budaya Jerman banyak subur di tempat yang masyarakatnya menganut Katholik (Römisch Katholisch) sedangkan daerah yang banyak penduduk Evangelisch (Kristen), kebanyakan kurang menyetujui adanya budaya yang terlalu bebas dan terkoneksi dengan alkohol atau seks. Jadi paham, mengapa budaya seperti Fastnacht/Fasching/Fasnet atau Christbaum Loben di Jerman amat subur di satu tempat tapi tidak di tempat lain. Betul, mayoritas Katholiknya sangat toleran dengan konsekuensi yang terjadi dalam budaya tersebut.
OK. Intinya, sebagai tukang yang sok mengamati budaya di dunia ini, rasanya rugi kalau saya lewatkan budaya unik yang ada di Jerman itu dan nggak bagi-bagi info di sini. Tak perlu mengikuti 100%, tak harus minum Congyangjus-nya. Iya, lihat pohon saja dan merangkai pujian manis untuk pemiliknya. Juga pahala, kan? Kalau peluk pohon, jangan ... bisa nyocok! (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H