Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tradisi Memuji Pohon Natal "Christbaum Loben"

13 Januari 2017   15:57 Diperbarui: 13 Januari 2017   19:29 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon natal asli (dok.Gana)

Dalam Christbaum Loben sendiri, sangat mungkin tercipta kalimat-kalimat sanjungan indah seperti “Pohon natal milikmu sungguh memesona“, “Hiasannya unik, bikin sendiri? Wah, tekun dan kreatif sekali kamu“, “Pohon natalnya rimbun sekali, beli di mana dan berapa harganya?“ atau “Wow, lampu lip-lopnya keren. Tahun depan kami harus memasang lampu di pohon natal kami juga, deh“ dan seterusnya.

Budaya itu layak lestari dalam masyarakat Jerman. Sementara, baru saya temukan di Tuttlingen, Buchheim dan Hüfflingen. Artinya, sangat subur di negara bagian Bayern dan Baden-Württemberg. Bagaimana dengan 14 negara bagian Jerman lainnya?

Dalam perbincangan dengan guru bahasa Jerman saya tempo hari, ia menerangkan bahwa budaya Jerman banyak subur di tempat yang masyarakatnya menganut Katholik (Römisch Katholisch) sedangkan daerah yang banyak penduduk Evangelisch (Kristen), kebanyakan kurang menyetujui adanya budaya yang terlalu bebas dan terkoneksi dengan alkohol atau seks. Jadi paham, mengapa budaya seperti Fastnacht/Fasching/Fasnet atau Christbaum Loben di Jerman amat subur di satu tempat tapi tidak di tempat lain.  Betul, mayoritas Katholiknya sangat toleran dengan konsekuensi yang terjadi dalam budaya tersebut.

OK. Intinya, sebagai tukang yang sok mengamati budaya di dunia ini, rasanya rugi kalau saya lewatkan budaya unik yang ada di Jerman itu dan nggak bagi-bagi info di sini. Tak perlu mengikuti 100%, tak harus minum Congyangjus-nya. Iya, lihat pohon saja dan merangkai pujian manis untuk pemiliknya. Juga pahala, kan? Kalau peluk pohon, jangan ... bisa nyocok! (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun