Kedua penyiar radio Prima itu suaranya empuk tapi tidak bisa dimakan. Sebagai mantan penyiar, kaget, suara saya masih lebih gede dari orangnya. Haha. Sebentar, rasanya senang sekali bisa pegang microphone meski beratnya minta ampun karena standarnya buat berdiri nggak ada. Kata mbak penyiar, dianggap barbel sajalah. Idih, fitnes kali.
Sehubungan dengan hari Sumpah Pemuda, hari itu, 28 Oktober 2016, penyiar mengajak kami berbincang sedikit tentangnya. Pertanyaan monitor lucu-lucu; bagaimana cara mendapatkan pria Jerman, yang saya jawab harus bisa memahami dulu karakter orang Jerman dan paling penting harus bisa bahasa Jerman.
Ada juga pertanyaan; kamu mau jadi pemimpin atau pemudi? Saya pilih jadi ibuk-ibuk karena itu status dan tugas saya. Jadi pemudi sudah waktu jaman muda, pemimpin juga sudah pas jamannya LSM jadi koordinator. Tiga pertanyaan terbaik dari yang masuk mendapatkan buku dari saya. Semoga bermanfaat.
Usai siaran, semua bubar. Ada yang jumatan, ada yang istirahat dan makan. Saya masih setia menunggu dik Lukman, yang katanya cuma sebentar tapi sampai sejaman baru nongol. Kabarnya, si komo lewat. Haaa ... Saking lamanya, saya kagetin saja waktu dik Lukman buka pintu. Kapok. Haha.
Pamitan pulang dan mengucapkan terima kasih, saya diantar dik Lukman sampai dekat tongkrongan taksi. Wihh sudah lama tidak bonceng motor, silirrr. Wus-wusss. Pintu taksi dibuka, kamipun berpisah. Werrr... jumpa lagi tahun depan?
Teruntuk Kompasianer Yunan dan Lukman Halim (tak ketinggalan Buyut Trader), tulisan ini sebagai tanda jasa dan kebaikan kalian. Telah memberikan jalan agar saya bisa berbagi ilmu dan pengetahuan lewat workshop dan siaran radio itu sesuatu. Istilahnya tanpa kalian, nggak bakalan Gana Stegmann serasa artis dadakan. Sungguh luar biasa pula pertemanan di dunia maya (Dumay) tanpa pamrih yang akhirnya membumi, kopi darat juga di dunia nyata (Dunya). Semoga banyak kebaikan dan keberuntungan yang akan mengikuti kalian, amien. Ya Allah, kabulkanlah, saya beruntung dikelilingi orang-orang yang baik.
Nah, sekarang, bersamaan dengan peringatan 8 tahun Kompasiana, saya ingatkan diri ini lagi, tentang niatan awal bergabung dengan Kompasiana untuk tamba ati dan bersosialisasi. Yang sempat gemes nggak menang blog competition, yang pernah kesal nggak HL, yang sebal jungkir balik gagal posting dan entah apa lagi perasaan-perasaan manusiawi Kompasianer yang biasa terjadi di Kompasiana selama ini. Tujuan utama sebenarnya sudah tercapai, semoga tetap lestari.
Sekali lagi selamat ulang tahun, Kompasiana. Semoga semakin banyak anggotanya, semakin aktif Kompasianernya dalam membangun literasi dan persahabatan sedunia. Toss!(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H