Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Diragukan Orang? Buktikanlah Bahwa Kita Bisa!

4 Oktober 2016   21:30 Diperbarui: 4 Oktober 2016   22:36 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Oh, tidak ... kelas ini saya mulai sejak 2015 dan akan terus saya pegang.“ Karena sudah kebelet pipis, saya pamit ke kamar mandi.

Rupanya, selama saya buang hajat kecil itu, salah satu murid yang rupanya teman lama si ibu, ngobrol.

Tak berapa lama, saya kembali ke kelas.

“Hayoooo ngobrolin saya yaaaaa?“ Dasar tukang nguping.

“Hahaha ... iya, tadi aku cerita sama temenku ini tentang kamu bahwa kamu ini guru kami yang paling cocok ....“ Blah blah blah .... murid yang pensiunan perusahaan alat kedokteran itu mengaku membicarakan tentang saya tapi yang positif. Ngrasani nih yeeeee ....

“Nggak papa ... saya maklum.“ Maklumlahhh kalau ada orang yang meragukan saya. Kok ada orang Indonesia ngajar orang Jerman bahasa Inggris. Kalau ngajar bahasa Jawa atau bahasa Indonesia, mungkin masih relevan. Betul nggak? Bagaimanapun, saya emban kepercayaan bos VHS untuk mengajar. Tanggung jawab saya mengikuti seminar, workshop dan lainnya, berbahasa Inggris dengan native speaker yang didanai oleh VHS atau penerbit seperti Cornelsen, setiap tahun. Pengayaan materi.

Ahhh, ingat juga ... saya juga pernah meragukan orang lain. Suatu hari, saya ikut ujian bahasa Jerman B2.  Organisator ujian adalah orang Rumania. Penguji, satu dari Jerman dan satunya dari ... Hungaria! Haaaa jadi ingat “Exploring Hungary“. Nah, selama sekian detik saya pernah berdialog dengan batin, “Lah kok, yang mengatur ujian dan pengujinya bukan asli Jerman?“ Nah, lhooo ... sempat ragu kann? Seiring dengan waktu dari pagi sampai sore, keyakinan saya bertambah. Tak kenal memang tak sayang.

Ok. Balik lagi ke kelas di mana saya diragukan kemampuannya. Sebelum kelas dimulai, kami berkenalan lagi karena ada yang baru kannnnn? Cerita tentang perjalanan mengajar saya dari TK, SMA, universitas di tanah air sampai lembaga bimbel dan LPK Jerman saya ulas singkat.

Tambahan info adalah apa saja yang sudah kami pelajari selama setahun. Belum lagi kegiatan seperti pesta Indonesia Januari lalu di mana mereka pentas puisi berbahasa Inggris di depan seratus tamu internasional dan kegiatan yang menyenangkan lain seperti membuat roti (Brot) Jerman dan Pizza (Italia).

Murid-murid baru pun mengangguk-angguk dan mengatakan bahwa kelas kami pasti menyenangkan. Disambut senyuman murid-murid lama. Gurunya masih muda tapi sabar (cieeee, uhukkk). Gimana nggak sabar, kami belajar dari nol. Yang dipelajari tak hanya tentang bagaimana berkomunikasi dengan bahasa Inggris pakai buku-buku pegangan Cornelesen, CD dan DVD penutur asli, tetapi juga bermasyarakat. Bukankah itu yang penting dalam hidup? Orang yang tidak mau bersosialisasi, saya pikir ibarat hidup di dalam tempurung.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun