"Pajero Goyang"
Setelah keluar dari jalan tol di Hannover menuju Hamburg, kami melewati jalan kota yang kanan kirinya ada banyak truk berhenti dan ... Oh! Banyak Wohnmobil dengan tanda cinta! Cinta?
Betul! Ternyata, dari hasil tanya-tanya penduduk sekitar tempat kami menginap, itu adalah tempat yang mirip pajero goyang. Hehehe ... Betul, layanan seks di tempat, di dalam rumah mobil tadi, yang diperuntukkan terutama bagi sopir truk yang biasa jarak jauh. Kalau malam ada lampu pelanginya di jendela kaca.
Itu pemandangan sore hari yang terlihat, malamnya kami cari pemandangan lain di tempat makan. Sama teman direkomendasikan ke rumah makan yang unik, Ralf Schumacher Kart Center. Schumacher? Dari namanya nebak-nebak pasti sodaraan dengan Michael Schumacher pembalap nomor wahid Jerman yang patung lilinnya ada di Panoptikum Hamburg itu.
Begitu masuk halaman parkir sudah tertarik dengan tulisan besar di dalam sebuah aula "Indoor und Outdoor Kartcenter-Fanshop." Aula? Iya itu untuk sirkuit Kit cart. Para pembalap amatir sliweran, tak hanya dewasa, anak remaja juga ada.
Makanan Jerman, Italia dengan harga standar
Puas melihat, kami naik ke atas tangga. Lukisan RS di tembok seolah mengucap "Herzlich Willkommen" atau ucapan selamat datang pada tamu. Yup restoran itu milik Ralf Schumacher.
Masuk ke dalam, Seorang waitres cantik menyapa kami. Ia mengingatkan pada para gadis cantik dan seksi yang ada di sirkuit balap Internasional. Wanita itu sepertinya bukan orang Jerman karena bahasa Jermannya beraksen.
Usai memesan makanan, duduk-duduk cek di Wikipedia lewat Wifi resto, betul! Sodaraan, euy! Tak berapa lama, datang nampan dengan minuman, kami menikmati minuman sembari melihat tembok kaca yang tembus ke sirkuit. Kursi dan sofa memang didesain menghadap sirkuit. Sirkuit jadi kayak di dalam aquarium. Kalau di hotel ada gadis dalam aquarium, di sana ... ada mobil-mobilan dalam aquarium!
Ketika kepala menengok ke belakang, tampak bar, dapur dan piala-piala yang diperoleh Ralf Schumacher selama ikutan lomba balap sedunia. Ralf adalah saudara bungsu juara F1 tujuh kali, Michael Schumacher. Berita terakhir ia siuman dari cidera (koma) dan kembali hidup normal. Gosipnya sedang goyang hubungan dengan sang istri.
Ohh ... ada yang hitam tapi bukan kesatria baja hitam. Dekorasi berupa ban tampak di beberapa sudut. Semoga resto nggak ada menu ban mobil. Alot kali yaaa ... giginya bisa ancur dan ... hitam! Hohoho ....
Tak berapa lama, makanan disajikan. Saya pesan sup sapi Rinder Gulasch Suppe. Selain itu tentu ada makanan khas Jerman yang bisa dipesan, Schnitzel! Daging pipih bertabur tepung yang digoreng itu memang sukaan orang Jerman dari anak hingga lansia. Harganya juga nggak mahal, standar Jerman lah. Harganya? Nggak ngebut kok. Makanan anak-anak, 5€ kalau dewasa 10€ an. Rasanya juga enak.
Saat makan, dari belakang terdengar pintu dapur tersibak karena waitres keluar masuk antar-ambil makanan, terlihat para koki berbaju hitam rapi. Nggak lecek atau kumal. No. Merekalah yang berjasa meramu makanan Jerman, Italia dan Amrik di sana. Jadi ingat film Ratatoui. Xixixi. Resepnya pasti yang bikin mak nyoss.
Ngebut di Sirkuit Harus Bebas Alkohol
Ngobrol sudah, minum sudah, makan sudah, liat-liat sudah. Terus? Balapan! Haha nggak takut muntah ya ....
Anak-anak pun daftar ikut (umur 10 tahun ke atas, boleh). Ada banyak ketentuan termasuk umur dan jenis mobil balap yang diijinkan untuk dipakai. Yang anak-anak pakai mobil elektro, yang dewasa pakai BBM. Helm wajib. SIM nggak perlu.
Yang menarik dan mendidik adalah syarat terpenting ngebut di resto; yang tadi di resto sudah minum alkohol kadar serendah apapun, nggak boleh naik. Nanti nabrak. Bahkan pelayan sudah mengingatkan ketika pesan minuman dari awal;
“Mau pesan minum apa?“ Pelayan bermake up tipis itu tersenyum. Tangan sudah siap memencet pesanan di tablet.
“Bir.“ Orang Jerman. Kalau nggak minum bir nggak asoy. Kadang minum bir bisa kayak minum air putih. Glek-glek-glek...
“Tapi nanti dilarang ikut ngebut di sirkuit ya?“ Waitress cantik itu mengingatkan.
“Nggak papa ... anak-anak aja dan istri yang setir.“ Suami dan temannya ngakak.
“Baiklah, saya tulis pesanan Anda. Aturan di sini memang begitu, mohon dimengerti...“
Harganya lumayan juga untuk satu putaran, 29€ untuk dua anak. Dapat kartu, sertifikat dan cap dari kain untuk helm. Mau coba? Aduuuhhhh... pilih ngebut di jalan tol aja deh, lurus. Di sana kelak-kelok. Bisa muntah.
Lomba balap berhadiah tur Helikopter
Menjajal balapan di depan resto itu sudah biasa dilakukan orang awam. Berkali-kali. Di sana, balapannya nggak cuma main-main, ada ajangnya. Dalam rangka 20 tahun resto yang keduapuluh, diadakan Kartspass di Bispingen. Kualifikasi mulai 1 april 2016 dari Minggu sampai Jumat setelah pukul 18.00. Lomba balapannya 27 Agustus 2016. Tiga pemenang mendapatkan hadiah tur keliling dengan helikopter. Asik yaaaa ... suka-suka. Padahal kalau di Jerman tuh, orang yang biasa dibawa pakai helikopter biasanya kalau sakit dan harus ke UGD (kecelakaan, sakit akut dan lainnya). Nggak asyik ... ada duka ...
***
Ya sudah, sudah saya ajak Kompasianer ke Jerman, ke resto dan sirkuit Ralf Schumacher yang depannya ada tempat main ski buatan mirip bukit dengan bahan besi dan gubug kayu tempat menginap (biasanya musim salju).
Hmm ... Nggak tahu, apa di Indonesia ada tempat seperti itu. Kalau ada bagus juga, ya. Selain jadi obyek wisata, tempat makan yang asyik, juga menggali potensi pembalap baru Indonesia khususnya anak-anak dan remaja.
Kalau jaman dulu, ya, ada tradisi trek-trekan yang banyak menimbulkan kecelakaan. Ngebut benjut! Selain tempatnya salah, juga illegal. Kalau dialurkan di tempat yang tepat, alangkah baiknya....Mengebutlah pada tempatnya. Betul, di sirkuit!!! Eh... Iya sih. Di Jerman bisa saja di jalan tol yang memiliki track no limit (tanpa tanda 60, 80, 120, 130). Tapi di sirkuit lebih resmi kaliii ....
Satu lagi. Mau menyetir mobil apalagi kebut-kebutan? Syarat wajibnya adalah no alcohol!
Nah, adakah pembalap-pembalap Indonesia yang tertarik untuk buka bisnis resto dengan sirkuit? Kompasianer barangkali? (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H