Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Manusia "Overweight" Masuk Museum Lilin Panoptikum, Hamburg

12 September 2016   21:18 Diperbarui: 13 September 2016   02:55 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani wanita lebih dari 2 m (dok.Gana)

“More fans came to see „me“ at madametussaudsbangkok. Thank you, terima kasih, yaaaa!“ Siulan di akun twitter @Anggun_Cipta itu muncul di wall home twitter saya sebagai followernya. Itu tertanggal 9 September 2016.

Selamat kepada Anggun Cipta Sasmi atas peluncuran patung tiruannya di Madame Tussaud di Bangkok awal September lalu. Sebagai bangsa Indonesia, senang dan bangga menyambut pemilihan manajemen.  Dia jadi orang dari Indonesia kedua setelah Bung Karno yang diberikan kembaran berupa patung lilin oleh Madame Tussaud.

Kok ada yang tanya, kenapa Anggun? Tentu saja Madame Tussaud punya alasan sendiri. Menurut saya ia representatif, juga prestasinya sudah go internasional. Nggak mudah kan? Penyanyi Indonesia hebat banyak tapi mungkin dia yang dianggap terunik dan mewakili  untuk dipilih dan diabadikan di museum. Belum lagi tambahan poin sebagai duta PBB yang diembannya. Dari Twitternya, kentara ia sungguh dipuja dan dicintai rakyat Perancis di mana ia selama ini tinggal.

Petani wanita lebih dari 2 m (dok.Gana)
Petani wanita lebih dari 2 m (dok.Gana)
Saya masih ingat betul tahun lalu di Bali. Waktu ikutan Dejavato di Jembrana international camp 2015. Salah satu pesertanya yang dekat dari saya, asli Perancis bilang begini;

“I love Anggun ... you know her song ... la la la la la la la la la la ...“ Lelaki yang kalau lagi marah teriak “Sardine“ itu menyanyi. Teman umuran 25 yang hidup sendirian di Straßburg itu memang pengagum perempuan. Dia bilang Anggun sangat cantik, eksotis dan seksi dengan kulit coklatnya. Seperti saya hahahhaha ... uhuk!

“Snow on the sahara!“ Tebakan saya memotong nyanyiannya.

“Non ... non ... non ... La Niege Au Sahara“ Gelengannya membuat saya kernyitkan dahi. Kemudian .. saya ngakak ... lah sami mawon! Kalau yang saya sebut versi bahasa Inggris yang hit di album berbahasa Indonesia di Indonesia, yang dia sebut versi bahasa Perancisnya. Snow on the sahara is La Niege Au Sahara, you knooooww?! Same-samelahLeee ... le!

Bermata 3 dan sumbing (dok.Gana)
Bermata 3 dan sumbing (dok.Gana)
Yang jahat kayak Hitler, ada (dok.Gana)
Yang jahat kayak Hitler, ada (dok.Gana)
Panoptikum, Museum Lilin Hamburg

Itu tadi penggalan berita terkini dari museum lilin Bangkok, Asia. Kini saya ajak Kompasianer ke Jerman. Dulu pernah saya kupas museum lilin Madame Tussaud di Berlin, sekarang Hamburg, ya ....

Bagaimana waktu ke ana? Oiiii! Salah duga. Dugaan bahwa museum lilin yang ada di Hamburg itu adalah afiliasi Madame Tussaud, salah! Rupanya museum Panoptikum di kawasan St. Pauli (jalan raya tempat bisnis esek-esek) itu sudah berumur 130 tahun!!! Bangunan pernah kena bom tahun 1943 dan hancur benda-bendanya. Patung lilin dari para raja, raksasa, kurcaci, pembunuh dan tokoh kriminal yang dibuat, rusak-sakkk.

Untung sekarang sudah cantik lagi, renovasi. Ada yang tertarik untuk ke sana? Tiket masuknya termasuk lebih murah dari Madam Tussaud di Berlin. Di jalan Spielbudenplatz  3 Hamburg itu hanya 6€ untuk dewasa dan 4 € untuk anak-anak dan remaja. Bedanya lagi, Panoptikum lebih kecil atau lebih sedikit yang dipamerkan karena ruangannya sempit (tapi tiga lantai). Panoptikum juga dibuka setiap hari (Senin sampai Minggu, bahkan di hari persatuan Jerman 3 Oktober tetap buka mulai pukul 11.00-21.00). Anyway, no regret untuk berkunjung di sini meski nggak ada pak Karno atau Anggun....

Iya lah. Tak perlu kecewa meski tak seheboh di Berlin karena di sana ada ratu Elizabeth, Lady Di dan Princess Sisi di sebelah kiri dekat kasir. Selain itu di lantai yang sama ada Angela Merkel, Gorbachev, Barack Obama, Julia Robert, Angelina Jolie, Harry Potter dan sebuah kamar mengerikan dengan tampilan berdarah dalam sebuah sel besi ditutup tirai dan bentuk organ manusia di sebuah ruangan. Lantai kedua ada Hitler, Vladimir Klitschko dan Michael Schumacher.

Perbedaan lain dari yang di Berlin, tidak ada toko merchandize seperti di Berlin. Hanya ada kartu pos patung lilin yang ada. Sudah. Irit kann? Hehehe ... yang tukang belanja, dompetnya aman.

Pembuatan bagian kepala (dok.Gana)
Pembuatan bagian kepala (dok.Gana)
Tak Hanya Simpan Tokoh Penting dan Artis

Di lantai dua itu ada yang unik. Di sebelah ruangan organ manusia, berdiri perempuan raksasa yang lahir dan seorang pria berberat tubuh 160 kg pada saat remaja dan semakin bertambah di usia tuanya.

Satu hikmah dari melihat mereka bahwa tidak ada manusia yang sempurna karena tidak ada gading yang tak retak. Contohnya saya, badan saya semampai (semeter tak sampai) eh maksudnya hanya 150 cm, hidung saya hilang, pesek nggak mancung kayak suami atau anak-anak, kulit saya coklat nggak putih seperti dambaan kebanyakan perempuan Indonesia, wajah saya bulat bukan oval ... memang anugerah yang harus tetap disyukuri. Bukan salah Bunda mengandung.

Rasa bersyukur itu pasti juga milik kedua tokoh yang masuk dalam koleksi Panoptikum; seorang wanita bertubuh raksasa dan seorang lelaki bertubuh over weight.

Sebaliknya, kita yang bertubuh pendek tetap bersyukur karena kalau dilahirkan setinggi lebih dari 2 meter, repot juga kan? Bahan baju lebih banyak, makan lebih banyak atau tempat tinggal yang khusus. Begitu pula ketika kelebihan berat badan akut. Nggak bisa ngapa-ngapain kann? Mengingatkan kita untuk rajin olahraga dan jaga makan-minum.

Keduanya  dalam kondisi di luar standar normal manusia tapi justru menjadi sesuatu yang unik dan ingin dipamerkan manajemen padahal mereka orang biasa dan bukan tokoh penting atau artis. Bukan! Mereka dikenang orang karena kondisi fisik di luar kebiasaan.

Belum lagi wax yang mengagetkan seperti manusia bermata tiga, berkepala dua dan berhidung dua. Astaghfirullah, amit-amit jabang bayi... kasihan ya. Bagaimanapun, mereka yang senasib dilahirkan tak sempurna itu, duduk bersama dalam satu meja. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah.

Cara membuat patung wax
Cara membuat patung wax
***

Dari awal, Panoptikum ada 300 koleksi. Karena rusak pada PD II, sekarang paling hanya 120, yang diganti-ganti dipamerkan sesuai waktunya. Jadi nggak semua ditampilkan. Sesak nanti. Jadi gang senggol, dong. Nggak asyik menikmatinya.

Jalan-jalan yang tak butuh waktu lama di Panoptikum (paling banter 1 jam) itu memberi hikmah tersendiri. Rupanya diciptakan sebagai manusia yang punya kekurangan atau kelebihan itu bisa setara. Setidaknya di museum lilin Panoptikum. Tidak hanya yang cantik, mulus, hebat saja yang patut dipamerkan tapi yang tidak dalam ukuran normal bahkan kurang untuk ukuran orang tertentu itu, tetap terpilih. Belum lagi sejahat atau sekrimi Adolf Hitler (yang di Berlin nggak boleh dipotret, di Hamburg, bebas!). Jahat tapi tetap ciptaan Tuhan kan, jadi tetap dipilih untuk dipamerkan. Meski sebenarnya akan mengingatkan pada masa lampau yang sangat buruk dan menyayat.

Wajah cantik, ganteng, badan atletis atau seksi, kulit mulus, hidung mancung pastilah dambaan kebanyakan orang tapi kalau diciptakan tidak demikian adanya bagaimana? 

Baiklah. Sekarang, apa kekurangan fisik Kompasianer? Jerawatan, pendek atau kulit bentol-bentol bekas luka nggak ilang-ilang? Saya sudah sebutkan kekurangan saya di atas. Semoga kekurangan yang dibawa manusia sejak lahir itu tidak akan membuat kita putus asa  mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat , setidaknya untuk diri sendiri dulu ... syukur-syukur untuk orang lain. PD aja. Hehehe ....

Salam jalan-jalan, salam Koteka. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun