Jalan-jalan yang tak butuh waktu lama di Panoptikum (paling banter 1 jam) itu memberi hikmah tersendiri. Rupanya diciptakan sebagai manusia yang punya kekurangan atau kelebihan itu bisa setara. Setidaknya di museum lilin Panoptikum. Tidak hanya yang cantik, mulus, hebat saja yang patut dipamerkan tapi yang tidak dalam ukuran normal bahkan kurang untuk ukuran orang tertentu itu, tetap terpilih. Belum lagi sejahat atau sekrimi Adolf Hitler (yang di Berlin nggak boleh dipotret, di Hamburg, bebas!). Jahat tapi tetap ciptaan Tuhan kan, jadi tetap dipilih untuk dipamerkan. Meski sebenarnya akan mengingatkan pada masa lampau yang sangat buruk dan menyayat.
Wajah cantik, ganteng, badan atletis atau seksi, kulit mulus, hidung mancung pastilah dambaan kebanyakan orang tapi kalau diciptakan tidak demikian adanya bagaimana?
Baiklah. Sekarang, apa kekurangan fisik Kompasianer? Jerawatan, pendek atau kulit bentol-bentol bekas luka nggak ilang-ilang? Saya sudah sebutkan kekurangan saya di atas. Semoga kekurangan yang dibawa manusia sejak lahir itu tidak akan membuat kita putus asa mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat , setidaknya untuk diri sendiri dulu ... syukur-syukur untuk orang lain. PD aja. Hehehe ....
Salam jalan-jalan, salam Koteka. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H