Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[FITO] Kembali

25 Agustus 2016   14:06 Diperbarui: 25 Agustus 2016   15:54 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanah adalah kematian .... (dok. Imas)

Tara, perempuan berambut keriting pemberi jimat. Jimat yang tersimpan di sebuah kalung dan digantung di dinding kantor. Mulanya aku ketawa saja. Hari gini?

Nyatanya, setahun kemudian, bisnis suamiku melesat. Jimat Tara?!

Kami jadi orang kaya mendadak. Dari laba perusahaan, Paul menghadiahiku kapal pesiar. Hahhhhh? Buat apaaaa?

Andai saja aku boleh memilih, kuingin seperti dulu. Paul banyak di rumah dan kami bisa bermanja-manja di tubuhnya yang macho.

Bagiku, memandang wajahnya ketika aku bangun pagi atau menyiapkan makanan untuknya, adalah anugerah terindah. Sayang sekali, Paul telah melupakan saat-saat sederhana tapi bermakna seperti itu.

***

Siapa bilang limpahan harta mampu membeli cinta? Bagaimana rasanya kehilangan kekasih untuk selama-lamanya? Kuingin mengejar jawaban pertanyaan itu usai pemakaman.

Kudatangi sebuah puri dekat hutan.

“Aku sudah tahu maksud kedatanganmu. Aku turut berduka cita.“ Perempuan berdagu lancip itu menatapku tajam.

“Ini semua gara-gara kamu, nenek sihir!“ Kuambil pisau dari dalam tas. Kutekankan ke lehernya yang jenjang.

“Aku sudah peringatkan Paul, tapi dia yang memaksa!“ Tara pernah cerita soal tumbal pada Paul tapi Paul tak peduli.

“Hutang nyawa dibalas nyawa!“ Kubentak Tara. Mata Tara terbelalak.

“Tunggu, aku bisa bantu kamu agar Paul kembali.“ 

Mulutnya komat-kamit mengucap mantra. Tak lupa ia sebut syarat-syarat yang harus aku penuhi.

***

Kuambil jenazah Paul yang baru tadi pagi dikubur! Dibantu lima orang bayaran, aku berhasil memboyongnya malam-malam. Sinar matahari bisa membuat tubuhnya membusuk.

Sesuai pesan Tara, Paul juga tak boleh bersentuhan dengan tanah. “Tanah adalah kematian....“

Lantas? Betul, kapal!

Di sanalah kumandikan Paul, dengan air kembang mawar. Semalaman aku menjaga lilin raksasa yang mengitari jasadnya. Nyala lilin tak boleh mati. Ohhhh, mantra sihir Nyonya Tara bereaksi!

“Paul, aku rindu kamu.“ Tangis bahagiaku pecah. Paul membuka matanya, jantungnya berdetak lagi!

Kembali. Paul benar-benar hidup kembali. Aku bahagia, meski Tara lupa bilang bahwa Paul kembali hanya sehari. Esoknya, Paul mati lagi. Aku gila.(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun