“Hutang nyawa dibalas nyawa!“ Kubentak Tara. Mata Tara terbelalak.
“Tunggu, aku bisa bantu kamu agar Paul kembali.“
Mulutnya komat-kamit mengucap mantra. Tak lupa ia sebut syarat-syarat yang harus aku penuhi.
***
Kuambil jenazah Paul yang baru tadi pagi dikubur! Dibantu lima orang bayaran, aku berhasil memboyongnya malam-malam. Sinar matahari bisa membuat tubuhnya membusuk.
Sesuai pesan Tara, Paul juga tak boleh bersentuhan dengan tanah. “Tanah adalah kematian....“
Lantas? Betul, kapal!
Di sanalah kumandikan Paul, dengan air kembang mawar. Semalaman aku menjaga lilin raksasa yang mengitari jasadnya. Nyala lilin tak boleh mati. Ohhhh, mantra sihir Nyonya Tara bereaksi!
“Paul, aku rindu kamu.“ Tangis bahagiaku pecah. Paul membuka matanya, jantungnya berdetak lagi!
Kembali. Paul benar-benar hidup kembali. Aku bahagia, meski Tara lupa bilang bahwa Paul kembali hanya sehari. Esoknya, Paul mati lagi. Aku gila.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H