Percakapan saya dengan orang Jerman itu juga tidak melulu seperti bayangan orang tentang percakapan orang luar negeri:
“Mau ke mana?“ Tanya seorang mama.
“Ke pesta teman, sekalian nginap boleh, ya?“ Jawab si remaja
“Jangan lupa bawa bekal kondom.“ Suka atau tidak suka, si ibu merasa memang sudah dunia remaja sekarang begitu. Berpantang itu lebih susah daripada mencegah. Pencegahan kehamilan dan penyakit menular dengan kondom jadi solusi. Selain itu pemeriksaan rutin setahun sekali bagi remaja yang sudah menstruasi adalah hal yang tidak ditinggalkan. Jadwal wajib. Mula-mula diantar ibunya, lama-lama berangkat sendiri. Sekolah juga berperan memberikan informasi tentang reproduksi sehat. Tidak rutin setiap hari atau setiap minggu, tapi tetap diprogramkan.
***
Baiklah, itu tadi kenangan dan pengalaman saya. Kenangan berharga bersama PILAR meski hanya sebentar. Belajar menjadi remaja (dewasa) yang bertanggungjawab dan menularkan informasi yang saya dapat di sana. Termasuk pengalaman tinggal di negeri orang yang konon, lebih bebas dari negara kita. Pengalaman itu bisa jadi dasar saya untuk membandingkan apa yang terjadi di tanah air dan di negeri rantau. Intinya sama, harus ada didikan reproduksi sehat dari orang tua, sekolah dan lembaga terkait. “Bersatu kita teguh.“ Sekali lagi, saya sarankan remaja merapat ke LSM tedekat, yang berkecimpung di dunia reproduksi sehat (contohnya PILAR). Promosi untuk tujuan yang baik.
Sekarang, bagaimana dengan pandangan atau pengamatan Kompasianer terhadap remaja di tanah air dan bagaimana mengarahkan mereka pada reproduksi sehat? Mari berbagi untuk masa depan generasi Indonesia yang lebih baik. Mari dukung BKKBN dalam program kesproBKKBNbengcoolen.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H