Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Apa yang Dilakukan Beberapa Diaspora Jerman Saat Lebaran?

12 Juli 2016   20:49 Diperbarui: 12 Juli 2016   21:02 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lebaran3-5784f4cbd27a61f40e7ef48e.jpg
lebaran3-5784f4cbd27a61f40e7ef48e.jpg
lebaran2-5784f4b3779373d905a4c262.jpg
lebaran2-5784f4b3779373d905a4c262.jpg
lebaran4-5784f4583e23bd9a0849b80c.jpg
lebaran4-5784f4583e23bd9a0849b80c.jpg
Sabtu, 9 Juli 2016. Ada undangan lebaran via Whatsapp di Konstanz tempat mbak Andi, dosen bahasa Indonesia di HTWG. Setelah mengantar anak ke ulang tahun temannya main minigolf, kami bablas ke sana. Perjalanan tak lama, 45 menit dari rumah meski macet karena jalanan diperbaiki. Kami di Jerman nggak lihat macetnya orang mudik di jalan raya tapi karena perbaikan jalan... Jerman, di mana-mana banyak Umleitung, pengalihan jalan karena jalannya dialusin terus. Ada baiknya. Itulah gunanya pajak, kembali untuk kesejahteraan rakyat. Meski tetep sebel juga karena jalan di mana-mana diperbaiki dan bikin lama menuju suatu tempat. Tambah jengkel lagi karena mesinnya banyak pekerjanya cuma dua yang ngerjain. Malah di kampung kami, sudah seminggu dibiarkan terbengkalai nggak ada yang ngerjain. Haha, beda sama di tanah air kann ... orangnya banyak tapi mesinnya cuma satu, jogjig penggilas aspal misalnya. Dikerjakan setiap hari. Human resources memang mahal di Jerman, jadinya dihitung banget dengan jadwal kaliii. Termin.

Yahhh ngomongin jalan, ngomongin lebaran ah ... di Indonesia selama lebaran sibuk silaturahim, ketemu keluarga dan makan masakan khas lebaran. Mau tahu apa yang kami lakukan di Jerman?

Kumpul sesama WNI di KBRI/KJRI

Bagi yang tempat tinggalnya tak jauh dari KBRI dan KJRI tentu sangat mudah menemukan sholat Idul Fitri dan acara halal bihalal ala Indonesia.

KBRI Berlin misalnya. Mengundang masyarakat Indonesia pada tanggal 5 Juli 2016 untuk takbiran pada pukul 08.00, sholat id pukul 09.00 dan halal bihalal satu jam setelahnya. Ustadz Hartanto Saryono jadi imam dan khotib di Lehrterstr. 16-17 Berlin.

Mereka yang ada di sekitar KJRI Hamburg seperti kompasianer Mentari, bisa ikutan sholat Idul Fitri 5 Juli 2016 pukul 09.00 di Bebelallee 15, Hamburg. Disambung silaturahim pukul 11.30-14.00. Asyik juga ya... sayang kejauhan. Hiks.

Kumpul Mahasiswa dan Kolega

Lantas saya bagaimana, dong? Yaaaa, ke tempat mbak Andi itu. Setiba di lokasi, sudah banyak orang Indonesia dan beberapa lagi orang Jerman, yang sudah datang. Hamparan makanan sudah menggoda. Saya bawa kacang atom dan nastar bikinan sendiri. Tak berapa lama, buffet dibuka. “Makan-makaaaannnn!!!“ Karena panasnya nggak ketulungan, tamu-tamu pada duduk di dalam. Ngadem. Yang berada di luar hanya saya sekeluarga dan kelompok anak-anak muda Jerman. Duduk di bangku di bawah payung tapi tetap saja hawa panas menggigit kulit. Panas euyyy!

Perbincangan para tamu yang terdengar selama makan adalah apa nama makanan yang mereka makan; opor ayam, karedok, tempe bacem, peyek kacang tanah, rendang, lumpia, martabak, kering tempe, empek-empek dan masih banyak lagi. Nendaaaaang!

Mbak Andi saya tanya,“Masakannya banyak, sendirian masaknya?“

“Tadi ada yang bantu“ Rupanya mbak Komang dari Bali bantu juga di dapur. Tamu tinggal makan. Xixi ... untung ending-nya pada bantuin cuci piring. Bersihhhh.

Kumpul Teman

Sehari setelah lebaran di sana, teman-teman Indonesia (muslim dan non muslim) yang rumahnya deketan, datang ke rumah kami. Ada yang bawa kue Semarang ganjel ril, ada bakso ... melengkapi es cendol, masakan opor ayam telor, krupuk, emping, sambel goreng ati, lumpia, mendoan, tahu goreng, ketupat dan mie goreng masakan saya. Ketupat ...karena nggak ada daun pisang, digodog dalam plastik di dalam sepanci air. Jadi!

Sebelum dan setelah makan, kami ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul. Mulai dari masalah rumah sampai soal edit naskah buku tentang Jerman. Acara silaturahim santai. Lambat laun, semua pulang satu-persatu sambil mbungkusssss.

Wow. Ternyata, di hari yang sama, acara begituan tak hanya di rumah kami. Begitu buka facebook, teman-teman di Ulm dan Memmingen sudah heboh wefie, merayakan hari raya. Seneng lihatnyaaaaa. Baju baru, makanan Indonesia, tawa dan canda ... ahhh ... indahnya pertemanan. Gitu lebih asyik .... nggak rayain di Indonesia, nggak papa. Tetep enjoy. Don't worry.

***

Yaaaaa ... Kami-kami yang tinggal di Jerman memang menikmati hari raya dengan cara kami. Berkumpul dengan orang Indonesia yang dekat rumah. Makanan diorganisir bersama, dimakan bersama, dibungkus bersama. Tradisi.

Meski nggak mudik ke Indonesia, kami tetap bisa merasakan keindahan di akhir Ramadan. Berkumpul, makan masakan lebaran dan ngobrol. Tetap bersyukur.

Lebaran sudah seminggu yang lalu tapi masih banyak penganan sisa lebaran yang ada di rumah. Hahaha... Bagaimana di rumah Kompasianer? Semoga nggak eneg. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun