Meski Jerman lagi rame mencuri hati fans sepakbola (khususnya dari Jerman) dalam Europe cup 2016 di Perancis, umumnya, kalau ngobrolin soal Jerman, negara yang saya tumpangi itu lebih meledak, panas dan menarik dengan pembicaraan tentang Angela Merkel. Tokoh perempuan yang memang luar biasa, apalagi dengan keputusan beraninya memimpin negara EU untuk mengatur soal Flüchtlinge, pengungsi dari Syria dan negara perang lainya yang rupanya memicu pro kontra tak hanya di kawasan EU yang ikut harus ngurusin tapi juga di dalam negeri sendiri. Semakin tinggi pohon, anginnya kenceng. Salut!
Ohhh, jangan salah, ada lagi tokoh Jerman yang sebenarnya juga punya super power, Bundespräsident; Joachim Gauck namanya! Gauck sedang hangat dibicarakan sejak beberapa minggu lalu. Saya juga ikut mikir, meski sebenarnya, sudah ada yang ditugasi mikir tentang beliau dan masa depan Jerman setelah beliau ... Siapa nanti yang akan menjadi presiden Jerman?
Siapa Gauck?
Lahir tahun 1940 di Rostock, nggak nyangka kalau suatu hari, pendeta gereja kristen lulusan universitas Rostock itu akan menjadi presiden Jerman kesebelas.
Langkah politiknya dimulai dari keberanian bergabung sebagai aktivis HAM anti komunis di Jerman Timur, hingga masuk jadi anggota parlemen tahun 1990.
Langkahnya untuk maju ke kepresidenan didukung oleh partai SPD dan Grünen pada tahun 2010. Berangsur-angsur tambahan dari partai lain. Ujungnya, menjabat sebagai Bundespräsident Jerman sejak 2012.
Hmmm ... Angela selaku kanselir dengan keputusan menerima pengungsi dan ditentang partai AFD. Belum lagi Jerman yang dibanjiri orang Turki yang notabene adalah muslim. Ah, Jerman sangat berjasa memiliki politikus pendukung, baik dan kuat seperti Gauck. Katanya “Ich hätte einfach gesagt, die Muslime, die hier leben, gehören zu Deutschland. Ich habe in meiner Antrittsrede von der Gemeinsamkeit der Verschiedenen gesprochen. Dahinter steckt eine Vorstellung von Beheimatung nicht durch Geburt, sondern der Bejahung des Ortes und der Normen, die an diesem Ort gelten. Jeder, der hierhergekommen ist und nicht nur Steuern bezahlt, sondern auch hier gerne ist, auch weil er hier Rechte und Freiheiten hat, die er dort, wo er herkommt, nicht hat, der gehört zu uns, solange er diese Grundlagen nicht negiert. Deshalb sind Ein-Satz-Formulierungen über Zugehörigkeit immer problematisch, erst recht, wenn es um so heikle Dinge geht wie Religion.“
Sikap yang diambil Hauck untuk menerima siapapun yang datang ke Jerman (sekalipun beragama Islam/muslim) bukan hanya untuk membayar pajak (tinggi) tetapi karena memang menyukai tinggal di Jerman, negara yang menghormati hak-hak dan kebebasan manusia (HAM), mereka tetap menjadi milik Jerman. Indah bukan pernyataannya? Bahwa ia tidak ingin mencampuradukkan agama dengan politik. Agama adalah HAM yang harus dihormati tidak boleh dipaksakan, meski Jerman adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Katolik. Jadinya kalau ada orang mau jadi warganegara Jerman tapi tidak bisa karena beragama Islam, sebaiknya harus dihindari.
Siapa presiden Jerman berikutnya?
Sebenarnya spekulasi orang tentang; apakah Gauck maju lagi dalam pencalonan tahun 2017 atau tidak itu sudah lama dibicarakan media. Mulai dari cetak sampai elektronik.
Jawabannya, baru saja clear Senin, 6 Juni 2016 yang lalu di Schloss Belevue, Berlin. “Ich bin dankbar, dass es mir gut geht. Gleichzeitig ist mir bewusst, dass die Lebensspanne zwischen dem 77. und dem 82. Lebensjahr eine andere ist als die, in der ich mich jetzt befinde.“ Gauck yang berusia 76 tahun itu lebih menyukai menikmati masa pensiun sesuai keinginannya. Selama masa pemerintahannya, ia merasa puas dengan hasil kinerjanya bersama tim. Sudah cukup.
Suami saya komentar, “Sayang sekali padahal dia orang yang baik ...“ Barangkali suami saya bukanlah satu-satunya orang Jerman yang berpendapat begitu. Bagaimana dengan Anda?
Ada desas-desus bahwa keinginannya untuk tidak mau mencalonkan lagi itu karena faktor kesehatan (vitalitas), ada lagi karena sudah tidak kuat lagi mendukung keputusan Angela Merkel soal pengungsi yang pelik itu dan entah apalagi ... Apapun keputusannya, kita harus menghargai.
Lantas, siapa yang akan menggantikannya? Apakah Norbert Lammert dari partai CDU yang sekarang menjabat sebagai pimpinan parlemen? Ursula von der Leyen dari partai CDU (menteri pertahanan)- si perempuan yang memiliki icon rambut dan pembawaan yang khas? Winfried Kretschmann dari partai Hijau yang adalah menteri presiden dari wilayah kami di Baden-Württemberg? Atau tokoh lain yang diunggulkan partai lain seperti SPD? Masih lama ... ditunggu saja.
***
Ya, sudah, masih ada waktu beberapa bulan sampai pemilihan .... Sebagai Ausländerin, orang asing di negeri Jerman ... saya akan bahagia, entah siapa saja yang menjadi pimpinan negara Republik Jerman ini. Karena laki atau perempuan, dari partai apa saja, biasanya akan tetap mampu menyejahterakan rakyat yang tinggal di Jerman, entah itu orang lokal atau pendatang. Nggak masalah. Saya duduk manis karena kalau nyoblos ... nggak boleh!
Bagaimana dengan Indonesia? Semoga tetap saja sama, siapapun yang jadi pemimpin negara kesatuan Republik Indonesia, dari partai mana saja, beliau akan mengutamakan kesejahteraan rakyat banyak bukan segelintir pejabat atau orang penting lainnya. Oiiii, indahnya Indonesia. Kangen. (G76).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI