Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Kuliner] Nasi Kuning

9 Juni 2016   19:54 Diperbarui: 9 Juni 2016   20:35 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jacques berbaju batik. Ganteng sekali. Badan six packs nya, sudah duduk di sebelahku, membawa kotak kecil berisi dua cincin. Cincin untukku, agak kebesaran tapi biarlah, bisa dibetulkan nanti. Untuk sementara, kami pasang di jari manis sebelah kiri dan ditukar ke kanan pada saatnya tiba. Ahhhh, tak sabar hati ini menanti hari H pernikahan.

Kupandangi cincin bermata berlian itu. Mimpikah aku? Kutampar mukaku. Aduuuuuuh! Sakit. Ini nyata. Matur nuwun, Gusti! Kuucap terima kasih pada yang telah Dia beri.

Oh, hari yang indah. Rumah sederhana kami yang sesak oleh tamu-tamu, lambat laun, sepi. Satu persatu ... tamu pergi. Jacque tak lagi di sini.

***

“Selamat pagi. Apakah benar Anda Mutiara? Calon istri Jacques? Dia meninggal tadi malam pukul ...!“ Aku yang membukakan pintu pagi-pagi itu, terperanjat. Wajahku jadi seperti hantu; pucat dan dingin. Kepalaku pening, pandanganku agak kabur. Tak kudengar lagi kalimat polisi itu. Segera kutarik sebuah kursi dari teras rumah. Aku takut pingsan. Hilang sudah mimpiku bersama Jacques.

Pembantu Jacques menemukannya sudah dingin dan kaku di ranjang rumah kos. Menurut para saksi mata, calon suamiku itu kebanyakan minum minuman keras, oplosan! Bachelor party tadi malam, sepulang dari rumah kami, ia teruskan sendiri meski kawan-kawannya telah pergi.

Tuhan! Bagaimana ini? Tak bisa kubayangkan kemarahan keluarga Van den Boom mendengar bencana ini. Aku hanya bisa menangis. Aku merasa bersalah. Sungguh aku takut jadi gila!

***

Lagi-lagi emak, bulik dan budhe memasak nasi kuning di bilik bambu belakang rumah kami. Bagiku, kepulan asapnya lebih hitam dari tempo lalu. Sehitam dukaku di 40 hari kematian Jacques.

Kotak makanan dari karton berwarna putih, berisi nasi kuning dan lauk pauknya. Sengaja bukan nasi putih karena aku yang minta. Jacques paling suka nasi kuning. Barangkali roh Jacques akan bahagia melihat nasi kuning terakhirnya.

Dos kami bagi-bagi tetangga dan mereka yang ikut tahlilan. Selembar kertas sebagai doa untuk arwah Jacques, ada di dalamnya. Wajah muram mudah ditemukan di antara tikar yang diduduki para pria bersarung dan berpeci itu. Salah satunya adalah pria yang dijodohkan bapak untukku, Joni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun