Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Seni Bertetangga di Jerman

1 Juni 2016   16:17 Diperbarui: 1 Juni 2016   16:20 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetangga (yang baik) adalah saudara yang terdekat

Ketika menginap di sebuah Ferien Wohnung (tempat menginap saat liburan, biasanya bertingkat seperti apartemen atau flat), saya ditegur tetangga di bawah. Katanya, kami diharap tidak berisik karena anak semata wayang yang umurnya 5 tahun, suka takut mendengar bunyi berisik (dari berjalan di atas lantai, berlari di atas lantai, atau bunyi TV yang terlalu keras).

Pernah beberapa kali bertemu dengan orang Jerman yang memaklumi bahwa kalau anak berisik itu biasa. Itu artinya, mereka sehat. Haha ... betul juga, anak-anak kalau diam biasanya kalau pas sakit atau tidur!

Hati-hati parkir di depan/seberang rumah orang tanpa ijin

Sepasang suami istri, didatangi tetangganya. Tetangga itu rumahnya seberangan, jalannya memang sempit. Ya, namanya juga gang buntuuuuu, kalau lebar namanya jalan raya.

Nah, si nenek bilang bahwa keluarga Indonesia-Jerman itu dilarang untuk parkir tepat di seberang garasinya. Ingat bukan di depan garasi tetangga tapi di seberangnya. Katanya, ia sudah tua jadi butuh tempat yang luas. Kalau keluar garasi dan separoh jalan sudah ada mobil parkir, dia nggak bisa!

Permintaan itu tidak hanya kepada tetangga seberang rumah nenek tapi berlaku untuk semua orang. Buktinya, si nenek memasang plang di depan garasi yang melarang siapapun untuk parkir di seberang tempat parkirnya. Eh?

Huh, di seberang saja salah apalagi tepat di depan rumah orang coba? Keluarga itu juga pernah mendapat keluhan dari tetangganya yang lain karena terlalu lama dan sering parkir mobilnya di depan rumah mereka. Antara rumah dan parkir mobil di jalan itu, disela oleh pedestrian.

Memutar mobil di tempat khusus

Wendeplatz adalah tempat khusus bagi mobil untuk berputar/balik. Di lingkaran itu, biasanya tidak boleh ada siapapun yang parkir.

Ketika kami berkunjung ke teman di kota sebelah, kami parkir di depan garasi pemilik rumah. Tak  berapa lama, kami pulang. Karena di gang sebelah sedang ada Baustelle atau perbaikan jalan, kami tidak putar di Wendeplatz karena takut ditutup dari perbaikan itu.

Karena sudah malam dan ingin cepat-cepat karena takut hujan batu (Hagel), kami berputar di depan garasi teman kami dan melindas paving garasi tetangga seberang rumah. Apa yang terjadi? Pemilik rumah keluar dan mencak-mencak. Ia ngomel sembari mengacung-acungkan jarinya kepada kami di dalam mobil. Suami saya berkomentar, nggak papa. Sepanjang tidak ada kerusakan pada paving, garasi atau tembok dari tetangga, kami tidak usah khawatir. Aduhhh ... bagaimanapun, saya tetap deg-degan dan tidak enak hati.  Segera saya kirim pesan singkat kepada teman kami untuk memintakan maaf kepada tetangga. Lain kali tetap memutar di Wendeplatz atau lapangan yang tidak ada rumahnya saja, deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun