Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Keluarga, Surga Duniawi Karena #BahagiadiRumah

31 Mei 2016   13:04 Diperbarui: 31 Mei 2016   22:11 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

One for all
One for all
Gereja dipandang dari balkon rumah (de.worldmapz.com)
Gereja dipandang dari balkon rumah (de.worldmapz.com)
Jalan-jalan di kampung
Jalan-jalan di kampung
Pemandangan dari balkon rumah
Pemandangan dari balkon rumah
Keluarga, surga dunia (dokpri)
Keluarga, surga dunia (dokpri)
antri-574ca9e693fdfd7d0d372b85.jpg
antri-574ca9e693fdfd7d0d372b85.jpg
Lezatnya makan bersama di rumah
Lezatnya makan bersama di rumah
Hewan ada di mana-mana ... (dokpri)
Hewan ada di mana-mana ... (dokpri)
Bekerja di rumah bersama-sama
Bekerja di rumah bersama-sama
novarumah2-574ca9452cb0bd962153886a.jpg
novarumah2-574ca9452cb0bd962153886a.jpg
novarumah3-574ca9302cb0bd832153886b.jpg
novarumah3-574ca9302cb0bd832153886b.jpg
novakebun4-574ca91e93fdfd9a0d372b87.jpg
novakebun4-574ca91e93fdfd9a0d372b87.jpg
dokpri
dokpri
novakebun1-574ca8d4c122bd4a0c321342.jpg
novakebun1-574ca8d4c122bd4a0c321342.jpg
fruh5-574ca8ae567b61450c805272.jpg
fruh5-574ca8ae567b61450c805272.jpg
Menjadi ibu rumah tangga, tinggal di rumah mengurusi anak-anak, suami dan rumah bukanlah hal yang mudah. Dapur, kasur, sumur atau kata orang Jerman 3K-Kinder, Küche dan Kirche (Anak, dapur dan gereja/tempat ibadah). Jika terbiasa menjadi wanita karir, ada sebuah konsekuensi baru yang harus diambil. Ya, melepas apa yang sudah diraih! Pertanyaan berikutnya adalah apakah sudah siap dan mau? Tidak semudah itu kan? Khususnya bagi saya pribadi.

Pada awalnya sulit karena terbiasa ada yang membantu atau ada yang mendukung seperti pembantu rumah tangga, baby sitter, tukang, tukang kebun, supir, ibu kandung, saudara kandung, tante, tetangga dekat, teman dekat dan kenalan. Berbeda ketika harus melakukan semuanya sendiri. Apalagi di luar negeri yang jelas adat, budaya dan pergaulannya berbeda.

Lantas, apakah menjadi seorang ibu rumah tangga harus menyerah atau menjadi orang yang tertekan (red: a desperate house wife) karena setumpuk pekerjaan yang tak pernah habis dan sendirian mengerjakannya? Aduh, jangan sampai. Yes, women ... we can.

Betul. Saya menikmati, bahwa rumah adalah benar-benar tempat berkumpul keluarga dan keluarga adalah surga duniawi yang tidak setiap orang di dunia punya. Tidak ada keinginan bahwa keluarga kami anggotanya jarang berkumpul, tidak pernah lengkap ... tidak mau mimpi bahwa ada anggota keluarga kami yang merasa rumahnya seperti neraka dan memilih berada di luar rumah ketimbang berada di rumah, sampai cari-cari alasan yang tidak masuk logika.

Baiklah, lambat laun, terasa sekali bahwa menjadi ibu rumah tangga itu banyak tantangan, kesempatan dan hikmahnya. Berada di rumah, sebagai ibu rumah tangga bisa:

Melihat Anak-Anak Tumbuh

Tidak semua ibu di dunia berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki tantangan moral dan kesempatan lebih besar untuk melihat anak-anak tumbuh dari hari ke hari secara rinci. Kedekatan itu membuat ibu mengenal tak hanya perangai anak dan cara mengatasinya tapi juga ukuran-ukuran penting dalam hidup mereka. Mulai dari helm sampai sepatu. Kalau tidak, kadang repot ketika membeli sesuatu, anak harus diajak sementara kondisi tidak memungkinkan. Begitu pula kesukaan yang lain seperti makanan, warna dan lain sebagainya. Yang terpenting, pekerjaan apa yang ia sukai.

Tambah senang hati ini, ketika mereka masuk rumah dan mencari mamanya, peluk lalu cium. Ikatan batin semakin kuat.

Bantu mama ngepel lantai
Bantu mama ngepel lantai
Memasak Bersama Keluarga

Saya sering bercerita kepada anak-anak, bahwa sebagai anak perempuan pertama dalam keluarga, keharusan untuk belajar memasak dimulai dari kelas IV SD. Sebelumnya, tugas diemban kakak-kakak laki-laki secara bergantian. Bapak dan ibu kami memang super sibuk, berangkat pagi pulang siang sebentar lalu pergi lagi sampai Maghrib bahkan larut malam. Jadi, tugas rumah tangga dibagi rata berlima. Kedua adik masih kecil-kecil jadi belum dapat jatah.

Hal itu memicu keinginan anak-anak bahwa mereka mau seperti mamanya, bahkan harus lebih baik lagi. Tak heran jika anak-anak sudah mulai membantu memasak di dapur ketika sudah berdiri. Tambah seru karena suami saya atau bapaknya anak-anak tak hanya suka makan tapi jago masak. Contoh masakannya, pizza.

novaanak-574ca625567b616a0c805270.jpg
novaanak-574ca625567b616a0c805270.jpg
Bikin kuweh Pflaum
Bikin kuweh Pflaum
Masak Pizza sama papa
Masak Pizza sama papa
Begitulah, anak-anak paling suka membuat kue dan kek bersama-sama. Mulai dari kek natal, kek paskah, kue Brownies, kue apel, kue pisang, kue keju sampai Muffin. Yang paling bikin saya ketawa senang adalah ending-nya, mereka berebut sisa adonan. Jilatan-jilatan lidah mereka membuat mereka berwajah badut! Hahaha ... tawa kecil merekapun ikut lepas ketika melihat cermin.

Belajar Bersama Anak-anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun