Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pengumuman Give Away {Jetty Maika}

25 Mei 2016   23:54 Diperbarui: 26 Mei 2016   00:13 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Event Hari Ibu yang saya gelar bersama mbak Jetty Maika, balerina Indonesia dari Jakarta yang sekarang tinggal di New York menemani anaknya untuk sekolah balet, telah berakhir.

Hari ini, Rabu 25 Mei 2016 pukul 18.45. Kini saatnya diumumkan, siapa saja yang menerima hadiah buku “Bertahan di Ujung Pointe“, sebuah buku yang menceritakan tentang perjuangan meraih prestasi puncak di dunia balet,  hingga generasi penerus. Memang tidak ada makan siang yang gratis, pepatah Indonesia. “Von nichts kommt nichts“ kata orang Jerman.

Setelah mengumpulkan, membaca, sharing, chatting dan email antara  kami berdua, dengan ini kami beritahukan daftar peserta cerpen balet {Jetty Maika} dan opini mbak Jetty Maika, selaku mantan prima balerina Namarina di eranya, sebagai berikut:

1. Desol (34 votes) - Odile Menangis

Komentar: Penulis berani menyatukan kisah (karakter) tarian Swan Lake dalam ceritanya. Haru biru perasaan penulis terasa dan sebetulnya penulis jelas ikut merasakan bahwa "Sam" punya hati yang tidak terucapkan, dan itu menggelitik.

Soal "fakta" yang sedikit melenceng adalah Wilis. Wilis itu istilahnya adalah arwah yang  gentayangan dari gadis-gadis yang mati karena patah hati dan balas dendam, jadi kalimat "Wilis putih yang belum ternoda kebencian" rasanya tidak tepat. Itu menjadi agak rancu karena Wilis dan Giselle adalah cerita dari balet Giselle, sedangkan Odette dan Odile dari kisah “Swan lake“.

2. Imas Siti Liawati (9 votes) - Olin

Komentar: Cerita balet yang sederhana tapi mengena karena memang demikian adanya perjuangan seorang penari. Penonton bisa saja terkagum-kagum dengan penampilan balerina atau pementasan di panggung. Bagaimana dengan kenyataan di belakang panggung? Pengorbanan yang tiada henti melatarbelakangi sebuah pementasan. Setiap balerina berjuang keras untuk menampilkan sajian terapiknya. Di cerpen ini, pembaca diajak merasakan sedikit perjuangan seorang penari, dan seolah muncul harapan agar semakin banyak orang mulai menghargai seni tari balet.

3. Dyah Rina (4 votes) dan (11 votes): Rocking Ballerina (cerpen 1) dan Di Ujung Keraguan Sarita (cerpen 2)

Cerpen pertama

Komentar: Sebuah ide cerita balet yang brillian dan otentik. Menyandingkan balet (klasik) dengan rock, seperti berusaha menyatukan minyak dengan air. Tampaknya tidak mungkin, tapi dalam hal ini penulis membuatnya jadi suatu kemungkinan. Penulis berusaha mencari wawasan tentang nama-nama gerakan balet untuk disertakan dalam tulisan.

Ada satu kesalahan, bahwa di dalam cerita balet "Swan Lake" penari angsa putih dan angsa hitam diperankan oleh satu orang, bukan dua.

Cerpen kedua

Komentar: Cerpen balet yang bagus, sayang agak bias karena membaca karya penulis yang pertama mengenai cerita Odile, di mana kisahnya memberikan kesan yang dalam, sementara cerita balet yang kedua dari penulis, terasa lebih "umum".

4. Hastira Soekardi (3 votes) - Boneka Penari Balet

Komentar: Boneka penari balet inspiratif, mengajarkan kita bahwa tantangan bukan sesuatu yang seharusnya membuat kita mundur. Akan lebih menarik apabila penulis bisa memberi suatu contoh. Misalnya lewat gurunya. Guru bisa mengajarkan bagaimana kalau tanpa tangan, balerina menggunakan mata dan hati demi menyampaikan pesan tarian lebih dalam. Ketika anak lain melakukan arabesque, tangan dipakai untuk menunjukkan arah dan tujuan. Tetapi karena "aku" tidak punya tangan, dengan apa menyampaikan arti arabesque itu? Dengan mata dan hati!

Ps: Silakan simak pertunjukan Ma Li dan Zhai Xiaoweidi sini. Si pria tanpa satu kaki dan si wanita, tanpa satu tangan.  Balerina yang mengharu biru penonton. Komposer San Bao, musik asli dari serial TV di Qian Shou (hand in hand).

5. Lilik Fatimah Azzahra (13 votes) - Gaun Tosca Aponi

Komentar: Aponi, cerpen balet horor tapi menarik. Dari segi cerita tampak kurang menggelitik, kurang klimaks. Teror tentang baju itu kurang sedikit lagi diregang supaya  suspensenya lebih nyata. Misalnya, ditambah kisah saat di panggung dia merasa melihat penari yang memakai baju warna tosca. Kejadian yang mirip beberapa kali dialami balerina ketika menari di Gedung Kesenian Jakarta. Di pentas perdana, selalu ada seseorang dengan baju putih menyaksikan dari balkoni!

6.Vika Kurniawati (2 votes) - Syzarine Sudi Turun dari Surga

Komentar: cerpen balet yang puitis. Isinya sulit ditebak meski lebih dari dua kali baca. Rusia memang gudangnya balerina. Penulis memasukkan negeri itu dalam cerpen. Dan memang betul, balet tidak hanya digeluti perempuan karena laki-laki juga mencobanya.

7. Wahyu Sapta (15 votes) - Sepatu Pointe Pink

Komentar: Ide cerpen balet yang menarik, tapi jenjang ceritanya terlalu panjang untuk sebuah cerpen, sehingga konflik kurang terasa.

Soal fakta sepatu balet, sangat menarik sebuah sepasang sepatu bersejarah menjadi peran utama dalam cerita ini, walau nyatanya, seorang penari tidak akan mempunyai sepasang dua pasang sepat. Contohnya, Vaya Jemima (16) saat ini menghabiskan 9 pasang sepatu pointe dalam setahun! Akan lebih menarik apabila dijelaskan, mengapa sepatu itu menjadi begitu penting. Apa karena sepatu itu merupakan sepatu pertama? Sepatu yang membawanya pada kesuksesan? Atau sebab lain?

8.Wiwien Wintarto (6 votes) - En Pointe

Komentar: Cerpen balet yang menginspirasi, sekaligus menyentil. Masih banyak mimpi balerina-balerina yang belum terwujud. Insan-insan tari balet ingin memperjuangkannya. Cerpen ini serasa sangat realistis karena memasukkan unsur-unsur "jaman" sekarang,  layaknya Kick Andy, tagar, dan lain-lain.

Selanjutnya, diputuskan bahwa yang beruntung menerima buku memoir Jetty Maika “Bertahan di Ujung Pointe“ yakni:

  • Hastira Soekardi (inspiratif)
  • Imas Siti Listiawati (bermanfaat)
  • Lilik Fatimah (menarik)
  • Wiwien Wintarto (aktual)

Sedangkan peserta favorit dengan jumlah vote terbanyak adalah Desol  yang mendapat hadiah buku “I’m Happy to be 40“.

Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat.

Selamat kepada kelima pemenang. Silakan segera menghubungi Gaganawati di inbox Kompasiana atau Facebook untuk mengirimkan nama dan alamat lengkap demi pengiriman buku tersebut.

Kepada yang belum beruntung, terima kasih telah berpartisipasi. Mbak Jetty Maika sangat menghargai tulisan-tulisan kalian meskipun tema balet terhitung “tidak umum“ dan “sulit“.  Sebagai mantan balerina, ibu dari a young ballerina dan pemilik studio balet "Speranza", mbak Jetty juga telah berbagi ilmu balet dengan memberi komentar di cerpen kalian di artikel ini. Jangan patah semangat. Masih banyak buku yang akan kami bagi di masa yang akan datang. Coba lagi. Salam balet dan salam pustaka. (G76)

P.s: Silakan membaca dan meresensi buku “Bertahan di Ujung Pointe“.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun