Yang paling nyenengin, saking sayangnya penerbit Cornelsen ini, sampai mereka kirim buku sudah berapa kali nggak dibales, nggak kapok teteeep aja. Kali ini saya kudu balas feed back isi dan saran. Kadang malah sudah dikirim, dikirim lagi buku yang sama ... Dijual aja deh yaaaa ... Harga dibanting. Dipilih-dipiliiiiihh.
Akhirnya, setelah seminar, masing-masing guru yang hadir dikasih buku 4 biji. Satu buku A1.1, A2, A1.2 dan notebook. Paling nggak, satu buku seharga 20€ an, nihh. Goodie bag yang brilliant meski tanpa makan siang (cuma minuman dan snack). Oh, ya. Pembagian buku tak hanya untuk peserta guru bahasa Inggris. Dua jam sebelum acara dimulai, sudah ada guru-guru bahasa Spanyol (baik dari VHS, LPK lain dan sekolah-sekolah). Satu hari sebelumnya, untuk para guru bahasa Perancis. Memang Cornelsen ada buku-buku bahasa tersebut jadinya, ya ... mengundang para pengajarnya. Sekalian jualan produk buku terbaru, kaliii. Marketing.
Selama workshop 2 jam, kami dijamu makanan hotel Schlosshotel yang sederhana tapi cukup ganjal perut deh. Mau teh, kopi, espresso, late macchiato ... Semua ada. Sup asparagus juga ludes diserbu. Memang lagi musim asparagus, panen.
Buku Ajar Mana yang Tepat?
Dari awal mengajar di Treff Punkt Lernen di Trossingen, buku yang dipakai tidak harus dari penerbit A atau B. Saya bebas memilih untuk diteruskan kepada murid. Bebas berekspresi dan bereksperimen.
Lain lagi dengan di Volkshochschule Tuttlingen, pak bos yang pilih. Buku itu tentu saja diambil bukan dengan asal pilih. Pak bos yang juga pengajar bahasa Inggris di VHS sudah mempraktekkannya secara bertahun-tahun dan pengalaman itu wajib ia rekomendasikan kepada pengajar muda tapi nggak imut, seperti saya. Hasilnya? Ya, pakai Cornelsen. Selain ada CD dan DVD, ada kegiatan feed back dari penerbit Cornelsen yang dikirim kepada para pengajar seluruh Jerman. Dari formulir itu, penerbit akan memperbaiki buku di masa mendatang. Saran dan kritik akan diterima dengan baik. Jadinya, secara tak langsung, tim penulis buku akan menyempurnakan buku bersama para pengguna (guru-guru). Kolaborasi yang indah gitu loh.
***
OK. Itu tadi pengalaman ikut workshop dari Penerbit Jerman, Cornelsen. Bagaimana dengan penerbit buku-buku pelajaran di Indonesia? Saya ingat waktu kecil, ibu saya kan guru dan kepala sekolah. Kalau penerbit datang, mereka menawarkan buku, diskon dan ada persenan. Udah. Bagaimana dengan kesejahteraan guru-guru? Apakah mereka banyak mendapatkan buku pelajaran gratis sebagai panduan, training atau workshop untuk menambah informasi dan pengetahuan demi kelangsungan proses belajar-mengajar yang berkualitas? Entahlah ... dulu saya waktu mengajar di tanah air, belum pernah sekalipun ikut kegiatan yang dilakukan penerbit buku pelajaran. Atau saya saja yang ketinggalan?
Semoga tulisan sederhana ini menginspirasi. Uhuk. Saya pikir, jualan buku, tidak hanya cari untung tapi juga memberi manfaat bagi pengguna. Take and give.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H