Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Motret Bapak Ini Main Catur di Stuttgart? Bayar Rp 30.000!

11 April 2016   16:25 Diperbarui: 12 April 2016   11:41 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Anda harus tetap bayar. Lihat sana. Empat orang yang levitasi dapat uang banyak. Saya juga perlu uang untuk makan. Bermain catur butuh otak, keahlian khusus.“ Si pria nggak kalah ngototnya. Ihhhh. Bener juga sih, nggak setiap orang bisa main catur.

“Oh, ya, betul. Tadi saya ngasih mereka 2€ karena kami merasa terhibur melihat atraksi,  bahkan mereka mengajak kami untuk berfoto bersama sebagai tanda terima kasih. Jadi kami bayar nggak dipaksa. Ya, karena suka rela dan happy.“ Bagaimanapun, saya tetap kasih uang receh sejumlah yang diminta bapak pemain catur. Saya doakan, kenyang!

Sebelum berlalu, seorang pria dengan kameranya datang, hendak memotret:

Halt. Stop! Anda mau memotret? Jangan. Atau, Anda harus membayar 2 € pada bapak ini.“ Teriak saya. Si orang kaget, menutup kamera dan mengurungkan niatnya, lalu segera berlalu. Andai saya nggak teriak, orang yang barusan lewat di dekat saya dengan kameranya itu bisa jadi korban berikutnya. Saya sebut korban karena bisa saja orang merasa terpaksa untuk menyumbang. Ya, nggak? Hahaha ... saya ngakak. Entah mengapa, lagi-lagi kerumunan itu nggak ada yang berekspresi. Ketawa kek, bilang apa kek ... kayak robotttt! Huhhh.

Usai meninggalkan kerumunan catur, saya ketemu suami lagi. Curhat. Suami bilang kalau jengkel dan nggak terima, kenapa fotonya nggak dihapus dikasih liat si bapak dan nggak perlu bayar? Saya bilang, pengalaman dan bukti foto adalah pengalaman berharga. Kalau foto itu hangus, saya nggak bisa cerita di Kompasiana .. nanti dikira hoax. Lantaran sudah saya bayar, berarti ini foto jadi hak saya kannn, pak? Dua euro tunai. Cring-cring. Sah!

***

Dari pengalaman saya tadi, saya mau pesen sama temen-temen yang suka travel keliling dunia dan suka asal motret. Lain ladang lain belalang, lain orang lain aturannya. Kalau di tempat Anda bebas rapi memotret tanpa tanya-tanpa bayar, di Stuttgart ...  belum tentu! Ada baiknya untuk bertanya karena malu bertanya, denda di jalan.

OK, tetap hati-hati dan waspada menggunakan kamera (HP, pocket atau DSLR) untuk mengabadikan sesuatu atau orang di manapun Anda berada. Happy travelling and exploring Germany?!  Buku panduan sudah di tangan, kan?(G76)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun