OK. Di sana, kami diberitahu kelemahan dan kelebihan anak. Misalnya, anak kami tidak begitu pandai dan tidak begitu bodoh alias rata-rata, standar. Bakatnya adalah bahasa dan seni, bukan teknik atau eksakta. Rekomendasi itu adalah hasil konferensi semua guru di sekolah.
Untuk itu beliau dan sekolah merekomendasikan untuk sekolah di Realschule saja. Surat penekanan tentang hal itu akan dibuat secara resmi oleh kepala sekolah SD dan diberikan kepada orang tua. Nantinya, copy dikirim ke sekolah yang dipilih oleh anak dan orang tua.
Bagi anak-anak yang ingin sekolah di level yang lebih tinggi (Gymnasium) tapi rekomendasinya adalah Hauptschule dan atau Realschule, ia diharuskan mengikuti tes di Gymnasium. Jika gagal harus otomatis mengikuti garis nasib pada kertas yang sudah ditorehkan sekolah.
Proses Mendaftar di Sekolah Lanjutan
Sepertihalnya saat mendaftar di Gymnasium untuk anak nomor satu, untuk anak kedua yang pengennya dari tahun kemarin ke Realschule, juga membutuhkan pengisian formulir berisi data nama dan alamat anak serta orang tua, foto kopi surat kelahiran anak (bagi yang dari luar negeri atau lahir di luar negeri, dengan terjemahan ke bahasa Jerman dari penerjemah tersumpah dan pengesahan dari kedutaan Jerman). Wiii ... Rupanya rapor tidak dibutuhkan, meskipun nilai tengah semester sudah ada bulan Februari lalu. Sudah jelas nilai matematika, Jerman dan Inggris misalnya.... Lalu, no photo. Pas foto tidak diperlukan untuk pendataan pendaftaran seperti yang saya alami waktu SMP atau SMA di tanah air. Padahal siap-siap, sudah bawa.
Jadwal pendaftaran hanya dua hari, misalnya Rabu dan Kamis pukul 14.00-17.00. Antrian untuk mengumpulkannya berdiri, di depan kantor rektor. Petugas memeriksa barisan dengan menanyakan apakah sudah memiliki foto kopi surat kelahiran atau belum. Jika tidak ada, akan dikopikan gratis. Baik betul. Tadi mau menggandakannya, lupaaa ...
Selain yang antri, beberapa ibu dan bapak tampak sibuk di meja yang disediakan, mengisi formulir. Lupa bawa bolpen nggak masalah karena sekolah menyediakan di meja-meja. Kami sudah mengisinya dari rumah. Formulir diprint dari internet.
Tak berapa lama sejak kedatangan, giliran kami masuk. Di sana sudah ada petugas yang menyapa. Saya tidak yakin apakah perempuan itu kepala sekolah karena waktu ketemu dua tahun yang lalu bukankah kepsek berjenis kelamin laki-laki?
Si ibu memeriksa berkas kami (dua lembar surat data diri anak dan selembar pernyataan orang tua mendaftarkan anak) dan mencentang di daftar beliau. Lengkap. Beliau bertanya pada anak kami, siapa nama dan sekolah di mana. Sekolah yang dipilih memiliki program kelas bilingual (Jerman-Inggris) dan biasa. Wanita itu bertanya pada si anak mau yang mana. Anaknya nggak mau dua bahasa meskipun ia tertarik sekali dengan bahasa Inggris, takut matematika sudah nggak paham mana pakai bahasa pengantar bahasa Inggris. Tambah mumet. Meskipun demikian, anak tetap dipersilakan untuk ikut kelas presentasi tentang kelas bilingual seminggu kemudian, sebagai gambaran. Siapa tahu tertarik? Teman-teman sekampung banyak yang ikut.
Sebelum pulang, si ibu berpesan bahwa kalau semua beres, tidak akan ada pemberitahuan atau telepon dari sekolah. Alias diterima. Jadi kami dimohon untuk tidak khawatir. “Tahun lalu, banyak yang mendaftar jadi banyak nelpon sana-sini agar orang tua segera mengejar pendaftaran alternatif ke sekolah lain“, Ujarnya.
Sudah, gitu aja. Nggak berbelit-belit. Kalau bisa dipermudah, tak perlu dipersulit. Yup. Kami pun pulang. Paling 5-10 menit saja tadi, ya?