Beda lagi dengan Ute. Perempuan ayu itu mengaku malu. Mosok kalau diajak ngobrol sama calon menantunya (orang asing), ia hanya bisa menjawab “YES“, sama “NO“. Saat mereka jalan-jalan, wanita berambut blonde bermata biru itu mengaku sebel jadi kayak induk bebek yang ngikuti minti, anak bebek. Soalnya, mau mengungkapkan pendapat atau menentang, nggak bisa. Huuuh. Piye, jal? Ya ... kursus bahasa Inggris!
Bruno dari Tuttlingen, yang anaknya menikah dengan orang Inggris dan sesekali berkunjung, juga mengaku ... asli malu tingkat tinggi! Mosok, diajak cucunya yang imut-imut ngobrol, cuma bisa mantuk-mantuk. Si cucu sudah nyerocossss nggak putus-putus, embahnya ling-lung. Setelah 1 semester belajar, ia ketagihan. "Ikut lagi, donggg." Begitu serunya.
Sedangkan Klaus dari Tuttlingen, belajar Inggris karena malu sama istri, yang sudah lebih duluan belajar bahasa Inggris. Si istri kalau ngomel-ngomel pakai bahasa Inggris. Klaus mau ganti ngomel atau jawab atau marah gimanaaaa ... orang nggak paham. Makanya, kursus tapi nggak mau sekelas, takut saingan. Gimana, Klaus? Sudah bisa ngomel pakai bahasa Inggris kan? But please ... don't use those dirty words.
4. Diajak saudara/teman/kenalan
Ada tipe orang yang ikut-ikutan, tut wuri handayani. Ada yang suka di depan menjadi pemimpin, pencetus atau ing ngarsa sung tuladha. Namanya juga orang ya ... lain-lain, nggak papa.
Lisl, adalah pemilik sebuah restoran di Bucheim, sudah berumur 63 tahun. Keinginannya ikut kursus karena diajak kakak ipar. Sang kakak pernah mengutarakan cita-cita keliling dunia waktu acara minum teh sambil makan kuweh, Kaffe trinken. Tapinya, tanpa bahasa Inggris bagaimana? Kurang joss, tho? Akhirnya, kakak ipar tak lagi sendirian kursus bahasa Inggris karena adik ipar, kepincut ikut. Tariiiiik.
5. Dapat hadiah voucher kursus
Siapa sih yang menolak dikasih voucher? Rejeki tuhhhh. Seperti Wolfgang yang mendapat voucher kursus bahasa selama satu semester di kelas bahasa apapun dan ia memilih saya. Uhukkk (lagi).
Yang ngasih adalah lembaga VHS. Saya kurang awas mendengarkan, mengapa VHS memberinya kado itu. Nah, karena gratis, ya, dimanfaatin. Mosok dibuang? Yang pengen dikasih saja, barangkali antri kannn? Hampir setara dengan 300 €.
6. Agar tidak bosan di rumah
Menjadi tua itu biasa, menjadi dewasa itu pilihan. Kata iklan lhoooo ...