Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

7 Alasan Mengapa Lansia Jerman Kursus Bahasa Inggris

1 Maret 2016   23:40 Diperbarui: 2 Maret 2016   01:39 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mengajar lansia Jerman. Apa alasan mereka kursus bahasa Inggris?"][/caption]Senin dan Selasa, minggu ini. Itu hari-hari pertama semester baru kursus bahasa Inggris A1 untuk 60+. Ya, ada plusnya karena memang diperuntukkan bagi orang berusia 60 tahun ke atas. Bukan berarti ada pijat plus-plusnya lhoooo .... saru, nanti ditibum.

Yup. Biasanya mereka itu pensiunan. Weee lah, kok? Sudah pensiun mau-maunya belajar bahasa Inggris, ya? Luar biasa, saya sangat kagum dengan mereka dan bangga bahwa mereka memilih saya. Uhuk-uhukkkkk.  Batuk sikkkk.

Iya. Dalam brosur VHS setebal 110 halaman yang disebar ke pelosok kota sejak Desember 2015, pilihan kelas dan gurunya banyak, persaingannya ketat. Apalagi beberapa dari mereka adalah native speaker, kurang apa coba? Kalau saya maaaaah Janglish – Jawa English. Xixixixi ... wis ben. Yang penting sehat dan bahagia. Ya, nggak?

Nah, dari perkenalan peserta kursus di dua kelas saya itu, saya menyimpulkan ada 7 alasan mengapa lansia Jerman memilih mengisi waktunya dengan belajar bahasa Inggris:

1. Ingin keliling dunia

Beruntung bahwa suami dan saya adalah pecinta jalan-jalan. Hey, globe, we're coming. Xixixi. Sayangnya, karena anak-anak ada yang masih kecil, kadang suka rewel ... ya seret mau ke mana-mana. Jadinya kalau pergi yang deket-deket saja, keliling Jerman. Sak nyuk. Kalau agak jauhan ke luar negeri, biasa dibagi. Saya sendirian, saya sama anak-anak atau suami sendiri atau suami sama anak-anak. Kalau sekali kami berlima ke luar negeri, ya ampuuun ... bedhol desa. Sudah repot dan muahallll pula. Makanya, kami bertekad, kalau anak-anak sudah besar kami akan keliling dunia. Nabung duluuu.

Oh, ya. Prinsip keliling dunia kalau sudah tua, mengadaptasi kebiasaan lansia Jerman. Biasanya, ketika anak-anak sudah mandiri dan bisa ditinggal (kuliah, pindah, kerja atau menikah). Artinya, kalau ke luar negeri, setidaknya harus menguasai bahasa Inggris. Vera asli kota Villingen mengatakan bahwa ia pernah kebingungan di sebuah bandara suatu negara karena paham apa yang diucapkan petugas atau orang lain tapi menjawabnya ngelu. Kurang praktek. Untung, selamat sampai tujuan. Nggak salah kalau kini, ia mau kursus.

2. Biar otaknya tetap bekerja

Masih ingat cerita profesor saya yang tanya jam berapa, tapi di dua tangannya ada jam tangan? Atau ketika bapak saya tanya di mana kacamatanya tapi ternyata dipasang di atas rikma, rambut? Hahahaha ... saya yakin, masa itu akan datang pada saya. Tunggu saja nanti ...

Penyakit lupa tidak memilih asal negara. Lansia Jerman juga bisa lupa. Itulah sebabnya, beberapa murid saya, seperti Eva dari Immendingen atau Karl dari Nendingen belajar bahasa Inggris. Mereka mengaku, sudah pernah ikut kursus bahasa Inggris yang diadakan kantor waktu mereka belum pensiun. Yaaaa ... sekarang lupa. Untung kursus lagi. Seperti mengasah pisau biar tajam. Pisau kalau tidak digunakan ya, ketul tidak tajam. Bahkan bisa neyeng, karatan.

3. Malu sama istri, anak atau menantu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun