Pada umumnya, orang berenang dengan mengenakan baju renang. Ada beberapa negara yang memiliki UU, mengijinkan rakyatnya berenang telanjang. Makanya, mereka memiliki pantai atau kolam renang khusus untuk itu. Jepang dan Jerman adalah dua negara yang memilikinya.
Bagaimana dengan Indonesia? Saya dengar belum ada, kecuali jamannya dewi Nawang Wulan atau Ratu Kalinyamat, kali yaaaa. Hmmm ... kalau sekarang ini ada atau diadakan, apa kata duniaaaa?
Mengapa orang renang telanjang?
Jangan kaget kalau Kompasianer harus mandi ramai-ramai dan renang telanjang di Jepang. Misalnya di Olympic center, Tokyo.
Rupanya, mandi dan berenang telanjang di air hangat sudah jadi tradisi di Jepang. Itu seperti gambar kartu pos yang dikirim kompasianer Parastuti dan saya pamerkan di acara di Semarang (Herzlich Willkommen in Deutschland, 2015) dan di Jerman (Indonesien, Paradise der 17.000 Inseln, 2016).
Selain Jepang, ada Jerman, negara yang juga memiliki tradisi serupa. Mandi dan renang telanjang di tempat umum. Itu sudah ratusan tahun berlaku, sampai hari ini. Selain FKK (Frei Korper Kultur, budaya telanjang/badan tanpa busana) di pantai-pantai di daerah Bodensee, ternyata juga di kolam renang dan sauna....
Dalam sebuah forum tanya jawab di yahoo. Beberapa orang mengaku memulai renang telanjang saat sendirian di rumah, iseng. Berenang di kolam renang rumah atau di tempat terbuka yang sepi. Mereka ini merasakan keuntungan berenang tanpa baju. Misalnya merasa jiwanya bebas- tidak tertekan dan tidak usah mencuci baju renang yang biasa kena kaporit atau garam. Hemat energi, hemat biaya.
Sebab lain adalah terhindar dari penyakit kulit. Sebuah studi dilakukan pada tahun 2003 oleh Mark Pagel dan Walter Bodmer. Hasilnya menunjukkan bahwa “A Naked Ape Would Have Fewer Parasites“. Tekstil yang digunakan, dari negara mana, bahan yang digunakan dan reaksi kulit terhadap pakaian, akan mempengaruhi kulit manusia hingga terjangkit penyakit. Bisa saja terjadi parasit dari sebuah sungai, pantai atau kolam akan menyelinap di dalam pakaian. Serem. Sebab itulah, manusia yang jarang memakai pakaian waktu renang, disinyalir memiliki resiko lebih rendah untuk kena penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit dan kanca-kancanya.
Sedangkan usia memulai renang telanjang orang-orang di sebuah forum di atas, ada yang saat menginjak 17 tahun, 30 dan 40 tahunan. Kompasianer di usia berapa? Ehem.
Beberapa orang mengaku bahwa mereka berpikir dua kali kalau memutuskan renang telanjang; siapa saja orang di sekitarnya yang boleh melihat mereka telanjang, apakah ramai atau tidak tempatnya. Kalau ada anak-anak atau orang yang tidak dikenal, mereka juga nggak mau. Jadinya, tidak asal telanjang bulat tapi tetap “top secret.“
Oh, ya. Kebiasaan berenang telanjang ini dikatakan seorang responden; seperti tidur telanjang, sekali mencoba bakal ketagihan. Benarkah? Huhuuuu ...
Telanjang? Mungkin ada yang menjawab; iyalah, biasa, saat sendiri di kamar mandi alias waktu mandi setiap hari ... atau sesekali kalau mandi pancuran berdua sama suami, atau sama anak-anak yang sejenis kelaminnya (waktu mereka balita). Pelajaran jenis kelamin.
Silakan pilih renang telanjang atau pakai baju di Baden-baden, Jerman
Renang telanjang pada tempatnya. Silakan menuruti peraturan masing-masing kolam renang atau negara yang Kompasianer kunjungi. Kalau tidak boleh renang telanjang, jangan maksa. Kalau harus telanjang, jangan pakai bajuuuu. Dijamin tidak boleh masuk.
Renang dengan pakai baju atau telanjang menjadi sebuah keharusan bahkan menjadi pilihan jika Kompasianer pergi ke Baden-baden, negara bagian Baden Württemberg, Jerman. Itu dua jam dari rumah kami. Kotanya indah. Banyak peninggalan Romawi, termasuk budaya renang telanjang itu.
Menjadi pilihan jika Kompasianer ke Caracalla Therme dan sebuah keharusan, kalau belok ke Friedrichsbad yang hanya beberapa langkah (bisa lewat jalan biasa atau dari jalan bawah tanah, mbrobos).
Mengapa? Saya ingat:
"Bu .. Tiketnya jangan lupa"
"Pasti-pasti, pak, ada di tas" Dua voucher gratis dari hotel berupa renang gratis tiga jam Di Friedrichsbad, Baden-baden itu senilai 50€. Tiket saya berikan suami untuk dikasih tunjuk kasir. Sekali masuk 19€. Wow! Dekat rumah kami ada kolam renang air panas, cuma 10 menit berkendara tiketnya tiga jam 8€. Lah ini ... Halah, mahal. Parkirnya tiga jam 8,5€. Makanya, kalau lupa dibawa tiket gratisnya, eman-eman, dibuang sayang.
Setelah menunggu, suami datang ... lesu. Ah, rupanya syaratnya adalah ... harus telanjang, saudara-saudara!
“Kamu mau, buk?“
“Ihhh ... malu, ah.“
“Lho, kok malu?“
“Anaknya gimana?“
“Nggak boleh masuk, bu. Dititip di Caracalla. Kalau nggak dipakai, nanti gosong. Aku nggak mau, buk.“ Suami saya memandangi anak-anak. Ya ... mereka geleng. Anak-anak nggak mau dititipin di Caracala, pemandian di sebelahnya yang punya “Kinderbetreuung“, tempat penitipan anak. Intinya, anak-anak mau ikut renang tapi nggak mau lihat orang telanjang. Hahaha.
“Ya, sudah. Ditanyakan lagi enaknya gimana.“ Kalau travel bersama memang beda dengan travel sendiri. Banyak suka-dukanya. Orangnya banyak, isi otaknya beda-beda, maunya lain-lain. Harus diskusi, nggak asal eksekusi....
Untunglah, kasir menyarankan untuk menukarnya dengan tiket berenang di pemandian Caracalla. Artinya, anak-anak di atas tujuh tahun, boleh nyegur. Kami meninggalkan Friedrichsbad, menuju Caracalla Therme. Horeeee ....
Caracalla Therme dibangun tahun 200-an, jaman Romawi. Reruntuhannya masih bisa dilihat sampai hari ini. Dari pemandian Caracalla modern lantai satu, turun ke bawah, ke arah parkir lalu ada pintu di sebelah kanan. Tertulis “Ruine“.
Kolam renang yang sudah sejak jaman Romawi 1869-1877 dengan gaya neurenaissance itu, begitu cantik menarik mata. Mengimitasi Caracalla jaman bahula. Coba saja pandang patung pualam di sisi kanan dan kiri. Kalimat Goethe, pujangga Jerman; "Wünderwirkend, strümt die Welle strümt die heisse Dampf der Quelle“ atau Keajaiban, gelombang dan air panas dari perut bumi.
Oh, ya. Di dalam Friedrichsbad, orang boleh renang telanjangnya di tiga ruang, sesama jenis kelamin di dua ruangan dan satu ruangan di tengah-tengah dengan kubah yang indah, untuk ganda campuran. Haha ... nggak bisa bayangin kalau nyebur di kolam mix.
Aturan di sana adalah:
1. Harus telanjang
2. Bawa handuk
3. Anak-anak juga boleh masuk tapi harus di atas 14 tahun
4. Mematuhi peraturan
Aturan yang sama juga diberlakukan di Caracalla Therme, lantai dua. Di sana, ada tempat khusus untuk FKK, orang harus tanpa busana di 10 area yang ada. Dua area di luar ruangan dengan tanaman hidup dan 8 area di dalam ruangan. Mulai dari yang duduk dengan kursi berebah, dudukan kayu seperti di sauna, kolam renang biasa, kolam kaki dan masih banyak lagi.
Di lantai satu, untuk renang pakai baju renang. Kami pun berenang pakai baju renang, di kolam dengan air hangat dari panas bumi ... seperti jaman putri-putri.
***
Itu tadi sedikit cerita tentang tradisi renang telanjang. Tempat-tempat untuk berenang telanjang ada di seluruh dunia. Tak hanya di Olympic Center, Jepang dan Friedrichsbad-Caracalla di atas atau Bodensee di Jerman. Ada Chan resort di Thailand, Pantai Vera Playa, Spanyol, pantai Vritomartis di Yunani dan masih banyak lagi.
Kalau sudah tahu tempatnya, masih berani coba-coba renang telanjang?(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H