“Beras kencur, wie Ingwer ...“
“Ach ja ...“ Susah kali yaaaa mengeja namanya.
Nama ilmiahnya Curcuma longa. Jadi ingat Lea Salonga dan Brad Kane, yang nyanyi “We could be in love“. Kata orang, minum kunyit atau kunir asem pada masa haid (apalagi yang dicampur dengan sirih) akan membersihkan organ dalam perempuan, lancarrrr. Selain itu membuat perut dingin, sariawan sembuh dan mual hilang.
Bahannya tentu dari rimpang kunyit atau kunir, asem dan gula. Kalau ada kata sirihnya dalam kemasan, lebih baik.
Orang Jerman mengenalnya sebagai turmeric, meski sekilas mirip warna Safran yang mereka kenal atau curcuma dari currywurst.
“Untung saya sudah nggak menstruasi lagi...“ Franzy komentar. Lisel tertawa, mentertawakan iparnya yang buka rahasia.
“Manfaatnya banyak selain itu ... tapi juga obat sakit maag, mencegah kanker dan alzheimer ... masih banyak lagi.“ Saya tuangkan segelas untuk Eva yang nggak suka pedas.
"Itu dari apa ya, kunir asam?" Franzy mau tahu.
"Rimpang yang ditumbuk atau diparut diberi air, peras lalu dicampur asem, gula jawa." Saya ingat waktu ibu sering melakukannya di rumah. Itu kalau bapak sudah aba-aba "Parutke kunir, jeng." Biasanya, ibu akan memarut kunir sampai tangannya berubah kuning dan memberikan madu di dalamnya. Warna hilang dalam beberapa minggu dari mencuci baju.
"Ooooh ... gitu. Kalau kamu butuh bahan-bahan seperti itu, ada di Merßkirch, dekat desaku. Lengkap, bumbi eksotik. Bahkan ada kelas masak dengan bumbu tradisional. Kemaren dulu pernah ada masakan Nepal, India ... kamu mau bikin kelas masak?" Tanya wanita berkacamata itu.