Kategori kartu pos terunik (handmade dari flanel dan foto pribadi Cangkung lake): Hastira Soekardi.
Kategori kartu pos terlucu (handmade, handpainted Sakerah): Dyah Ayu Utami aka Andru – Jombang
Kategori kartu pos gambar terindah (gunung dengan hiasan bunga matahari): Diny Miranti – Jakarta.
Terima kasih kepada semua peserta lomba dari Fiksiana Community. Termasuk peserta lain yang tidak menang tapi puisinya tetap dipamerkan; Parastuti, Diyah Wara, Putri Apriani, Riska Dwi A, K. Himawan Kunto dan lainnya.
Lalu apa yang bisa dipetik dari kegiatan pameran dan pembacaan puisi tadi?
Pertama tentu memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para tamu acara. Bahasa itu memang seharusnya menjadi kebanggaan warganegara Indonesia yang jumlahnya 250 jutaan. Belum lagi bangsa asing yang mempelajarinya di Indonesia maupun di luar negeri. Bahasa persatuan ini memang mendunia! Hebat kann?
Kedua, menyemangati teman-teman Fiksiana Community yang gemar tulis puisi. Ketika tulisannya dihargai, dibacakan orang... gimana rasanya? Senang kaaaan... meski beda barangkali kalau dibaca sendiri.
Ketiga, putra-putri Indonesia yang berada di negeri rantau semakin bangga menjadi bangsa Indonesia ketika membacakannya. Menyulut rasa percaya diri membaca di depan publik Jerman yang bahasanya jelas lain. Tinggal di luar negeri bukan berarti kehilangan bahasa ibunya sendiri. Harus tetap ingat. Mewangikan negeri sendiri di manapun berada.
Keempat, jaman whatsapp ... kartu pos jadul tetap romantis dan penuh nostalgiaaaa .... keep sending!