penghias (sesuai selera; bisa biji-bijian, meses, gula-gula warna-warni, marzipan ...)
Sepercik garam
Caranya:
- Masukkan semua bahan ke dalam baskom, aduk dengan mixer sampai bercampur.
- Pemilihan margarin atau butter akan mempengaruhi rasa dan kekerasannya. Margarin akan membuat kek lebih rapuh. Mentega (butter) membuatnya lebih keras dan rasanya beda.
- Taburkan tepung terigu pada bawah (alas tempat menggiling) dan atas pada adonan waktu digiling supaya tidak lengket. Gilingan jangan terlalu tipis agar tidak mudah rusak waktu dipindah ke loyang oven. Kira-kira 1 cm kali yaaa ....
- Ambil cetakan yang dipilih, tekan dan pindahkan ke loyang.
- Olesi hasil cetakan dengan kuning telur, pakai kuas. Saya suka yang dari silikon karena dari rambut/bulu biasa ada yang tertinggal.
- Hiasi dengan bahan yang diinginkan, misalnya meses coklat.
- Masukkan hasil cetakan ke bagian tengah oven (yang sudah dipanaskan 160 derajat).
- Tunggu sampai 15-20 menit sampai kek berwarna keemasan. Jangan sampai gosong, bisa pahit.
- Jika sudah, angin-anginkan sampai dingin.
- Masukkan ke dos yang bersih, tutup.
- Selamat menikmati kapanpun Kompasianer ingin melahapnya, bersama kopi atau teh pun jadi.
Note: banyak resep dengan takaran tepung-gula-butter/margarin yang berbeda. Hasilnya juga beda.
Sejarah Plätzchen
Plätzchen berasal dari kata Platz atau tempat yang datar. Di Jerman, penggunaannya lazim ditemukan pada kosa kata seperti Spielplatz (tempat bermain) atau Parkplatz (tempat parkir). Chen biasanya menjadi suffix, akhiran kata benda yang kecil dan manis seperti Kaninchen (kelinci), Hanchen (ayam goreng), Häschen (kelinci), Stuhlchen (kursi kecil), Mänchen (manusia kecil), Punktchen (titik kecil), Brötchen (roti kecil) .... Hampir serupa dengan penggunaan suffix – lein di Jerman.
Lalu, juga mengingatkan saya pada pemakaian san dan chan untuk panggilan di Jepang. San untuk orang yang dihormati dan chan untuk orang yang sudah dekat, panggilan manis atau anak-anak. Misalnya Gana chan.
Kembali ke Plätzchen. Jadi kek itu berbentuk datar dari cetakan yang ada. Macam-macam Plätzchen ada Schokoladenplätzchen (kek yang adonan didominasi coklat), Weihnachtsplätzchen (kek khas natal).
Nah, Tradisi memanggang kek sendiri sudah turun temurun ada. Dimulai dari jaman kelahiran Yesus. Di mana setiap tanggal 22 dan 23 Desember, orang khusus memanggang roti datar yang dihiasi madu dan biji-bijian (sereal). Namanya Steinen buken. Roti itu untuk melindungi dari para roh jahat dan sebagai persembahan pada para dewa.
Seiring perkembangan jaman, orang mulai membuat Christstollen atau roti natal demi mengganti roti persembahan itu.
Sampai pada akhirnya muncullah kek natal seperti sekarang. Awalnya, pada jaman tengah, kek mulai dipanggang di biara-biara. Hiasan kek mulai dari pala, jahe, cengkeh, kayu manis, kapulaga dan lainnya.