Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membatik di Depan Publik Jerman

13 Oktober 2015   20:48 Diperbarui: 14 Oktober 2015   09:07 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barang-barang sudah disiapkan. Mbak Andi menyarankan saya memasak malam di dapur lalu ada yang angkat ke panggung kalau mau dipakai.

“Pak, malamnya...“ Suami yang duduk paling depan seberang panggung saya kode.

“Di mana?“ HP segera dimasukkan ke saku, ia berdiri.

“Dapur ... dipanasin lagi ya?“ Pinta saya. Belahan jiwa saya segera mengabulkan komando saya. Mengambil wajan isi malam.

Mulut saya segera komat-kamit sembari memegang microphone, menerangkan bahan dan alam membatik serta proses membatik. Tak berapa lama, suami datang dan wajan ditaruh di lantai, saya senang.

“Nah, malamnya sudah ada. Mari kita praktek. Ayo siapa tiga orang yang mau maju untuk praktek nyanting?“

Tak sampai 5 menit, sudah ada tiga orang; satu orang India dan dua orang Jerman.

“Waduhhhh ... kok malamnya nggak bisa, sudah dingin, lengket! Dipanasin lagi, pak.“ Lagi-lagi saya minta suami untuk memanaskannya. Memang membatik harus dengan kompor menyala sehingga pemanasan malam rata dan cair terus. Tahu kann, udara Jerman dingin ...“ Wah, maaf, ternyata sudah kaku. Nggak bisa untuk membatik. Lain kali ya?“ Saya minta maaf pada ketiga ibu dan hadirin. Acara praktek mbatik nggak jadi beneran karena malam tidak bekerja sempurna di dalam canting. Mereka sedih. Sedih sekali. Kesempatan langka, eee ... malah batal. Canting (isen, klowongan dan nemboki), dikembalikan ke kotak saya. Nggak jadi nyanting.

Akhirnya, hanya proses pewarnaan (dari cantingan kain yang saya buat terdahulu) dan blah-blah ... cerita proses pembuatan batik. Contoh hasil membatik dan seterusnya. Terima kasih untuk Diah, Tristan, Aliyah dan Chayenne yang membantu di panggung untuk mencampur serbuk warna dengan air. Wah-wahhh ... membatik tak hanya butuh kesukaan tapi juga kesabaran. Untuk menyelesaikan batik sebesar sapu tangan kecil saja, saya butuh 3 hari. Sehari untuk menggambar dan menyanting, sehari ngemblok dan mewarnai, sehari semalam untuk pengeringan setelah diwarnai tadi. Lah kalau 2 meter seperti kain untuk bawahan kebayak? Tambah lama kaaan? Kalau sudah profi, cepet. Saya baru pemula, belajar. Pakai lama.

Nah, makanya kalau batik saya sudah jadi, mau dibeli orang semahal apapun nggak bakalan mau. Sudah jelek, bikinnya lama pula. Haha. (G76)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun