Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Terima Kasih Kompasiana, Koleksi Buku Saya Jadi Banyak!

9 Oktober 2015   21:42 Diperbarui: 9 Oktober 2015   21:42 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Buk, aku nggak mau kamu pegang laptop terus. Aku mau sayang-sayang...“ Suami saya biasa merajuk kalau saya sudah mulai menulis ketika anak-anak menghilang, bermain di luar atau di pulau kapuk. Badannya yang segaban itu ngglendhot ke tubuh saya yang unyil, sak-upiiiil.

 

Karena pekerjaan rumah yang tak pernah habis dan kadang mboseni, saya butuh variasi dong, pak. Punya hobi yang menyenangkan. Salah satunya, ya, menulis di Kompasiana. Sekalipun saya “dilarang“ atau lebih tepatnya suami keberatan, saya tetap nekat. Sudah kadung seneng. Maaf, ya, Hunny. Nggak bakal nyeleweng kok, paling cuma ngiler. Hahaha.

 

Walah. Saya memang sudah kena pelet Kompasiana sejak tahun 2009. Nggak papa kann, asal bukan pelet dukun tiban. Sayang hanya baca-baca saja, sambil lalu. Kemudian, baru tahun 2011 tepatnya 30 April, punya akun sendiri. Soalnya, gemes, nggak bisa komen kalau nggak punya akun. Alias harus log in duluuuu.

 

Akhirnya, ya, gitu. Posting, komen sampai ikut lomba-lomba hingga kopdar segala. Pokoknya seruuuu. Rugiii banget gabung kompasiana, kenapa nggak dari duluuuuu? Oh, maaf. Tak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baik. Betul?

 

Nah, sebentar lagi, Kompasiana kayak mau masuk SD. Genap 7 tahun! Kalau anak saya usia segitu sudah bisa mulai mandiri, nggak mak-mek lagi. Sudah bagus sih, sudah mengerti kalau dikasih tahu ... pokoknya bukan jabang baby lagi deh. Sekiranya, Kompasiana minimal seperti itu, selebihnya, ya lebih dahsyat lagi tho. Top morkotob.

 

Lantas, keuntungannya jadi Kompasianer? Banyak, jelas banyak. Dari dapat teman, ilmu menulis, perasaan yang istimewa, bisa siaran KompasTV lewat hangout, wawasan dan ilmu pengetahuan baru dan masih banyak lagi.

 

Salah satu yang paling membekas, terasa sampai hari ini adalah ... berkat Kompasiana, buku saya banyakkkk, sak hohah. Sebagian besar adalah karya teman-teman Kompasianer. Memang benar, Kompasianer bukan (100%) wartawan tapi (100%) pinter nulis. Hebat kaaaan?

 

Oh ya, buku itu ... mulai buku yang dikasih, membeli, bikin keroyokan sampai ... membuat sendiri!

 

Ini dia daftarnya:

 

Buku Bersama Peniti Media

  1. Dari ajakan Kompasianer Thamrin Sonata, saya ikut menulis bersama Kompasianer Jusuf Kalla yang notabene adalah wapres RI periode 2014-2019, termasuk Kompasianer handal lainnya. Buku “36 Kompasianer Merajut Indonesia“ tahun 2014.
  2. “Refleksi 70 Tahun Indonesia“ 2015 Peniti Media Jakarta.
  3. “26 Wanita Merawat Indonesia“ 2014 Peniti Media Jakarta.
  4. “Pancasila Rumah Kita Bersama“ 2015 Peniti Media Jakarta.

 

 

Buku Bersama Komunitas Lain

  1. “Pelangi Perempuan Negeri“ terbitan Revka Putra Media dan Rumpies the club 2015.
  2. “The Story of Fahmi and Putri“ terbitan Mata Pena Group dan Fiksiana Community tahun 2015.
  3. “Kami Tidak Lupa Indonesia“ ditulis bersama Kompasianer Diaspora dan digaet penerbit Bentang Pustaka Yogyakarta tahun 2014.
  4. “Sepucuk Rindu untuk Aisyah yang Setia“ terbitan Mahara Publishing tahun 2014
  5. “Valentinsiana“ terbitan Fiksiana Community dan Paramarta 2014.

 

Masih ada buku yang belum dipesan karena sedang menunggu PO, yakni buku gabungan sama temen-temen di Fiksiana Community (yang masuk terbaik dalam lomba) seperti “Kartini“, “Aku Punya Impian“, “Fiksi Ramadhan“....

 

Buku di luar Kompasiana

  1. I Can Run I
  2. I Can Run II
  3. ILSC
  4. 38 Wanita Indonesia Bisa
  5. Bertahan di Ujung Pointe (bersama Budi Maryono)
  6. Muda Cendikia Inspirasi UPGRIS (bersama alumni UPGRIS)

 

Dan beberapa naskah yang sedang diedit penerbit dan banyak naskah yang saya selesaikan saat ini untuk tahun depan.

 

Buku Hadiah

  1. Mbak Maria Hardayanto bersedia mengirim “Jokowi (bukan) Untuk Presiden“. Besutan Kompasiana dan Elek Media Komputindo setebal 320 halaman itu pastilah buku sersan yang ditulis bersama Kompasianer Niken Satyawati, Daniel HAT, Thamrin Dahlan dan masih banyak lagi.
  2. “Raden Dengkul“ dan “Secangkir cinta dan air mata“ adalah hadiah dari Fiksiana Community yang dikirim mbak Desol dari lomba surat menyurat internasional.
  3. “Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang“ dihadiahkan langsung oleh penulisnya, Pepih Nugraha (founder Kompasiana) saat saya datang ke markas dalam acara bedah buku “38 WIB“.
  4. “Perempuan (Tak Boleh) Rapuh“ oleh Kompasianer Aridha Prassetya 2013 jadi oleh-oleh ketika berkunjung ke rumah dosen universitas 45 Surabaya itu.
  5. “Beranda Rasa“ oleh Tjiptadinata Effendi tahun 2015 diberikan pak Thamrin Sonata ketika bertemu di Jakarta, Agustus lalu.
  6. “Enlightenment Mencapai Pencerahan Diri“ oleh Tjiptadinata 2013 dikirim langsung dari Australia ke Jerman.
  7. “Kugelar Sajadah Cinta“ tulisan Astutiana Mudjono karena saya diminta memberikan endorsement.
  8. “Debur Ombak Waktu“ karya Kompasianer Astutiana Mudjono, yang ini juga.
  9. “Dari Fatinistic Untuk Fatin Shidqa Lubis“ karya Kompasianer Lintang Matahari. 2013. Lintang adalah pelajar yang bercita-cita sekolah di Jerman. Alles gute, Bruder.
  10. “Diary Dokter“ oleh Kompasianer dr. Posma Budianto Siahaan, Sp.PD FINASIM. 2014 hadiah yang dikirim langsung dari Palembang ke Jerman.
  11. “Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter 2013. Kompasianer dr. Posma Budianto Siahaan, Sp.PD FINASIM. 2013, yang ini juga.
  12. “Mengintip Kasus Medis di Balik Ruang Praktek Dokter 1“ oleh Kompasianer dr. Posma Budianto Siahaan, Sp.PD FINASIM. 2012, apalagi yang ini.
  13. “66 Jurus Mabuk Buat Ngeblog“ Kompasianer Fary SJ Oroh terbitan Elek Media Komputindo adalah hadiah dari lomba menulis cerita silat yang diadakan Rumah Kayu.
  14. Lahhh buku dari Kompasianer “Cinta Segitiga“ kok ilang dari bagasi di pesawat cobaaaa ... ada yang doyan bukuuuu, ya?

 

Buku Beli

  1. “Srondol ke Italy“ oleh Kompasianer Hasmi Srondol 2011
  2. “Jabal Rahmah Rendesvouz Cinta nan Abadi“ karya Kompasianer Iskandar Zulkarnain. Buku ini dikatakan sebagai pencarian dana bagi sebuah panti asuhan.

 

Dan masih tetap berlanjut ... buku adalah jendela hati penulisnya, membuka jendela dunia.

 

***

 

Bagaimana? Banyak kaaaan ... jangan ngiler, yaaa .... Terus gabung Kompasiana dan nikmati hujan buku.

 

Intinya, karena gabung Kompasiana, koleksi buku saya jadi tambah banyak. Ini akan memberikan motivasi agar tetap rajin menulis. Menulis, menulis dan menulis (serta membaca juga tak boleh lupa ding karena tanpa membaca, kepala jadi kosong.). Kalau naskah sudah banyak, dijadikan buku.

 

Saya bukan penulis tulen, baru taraf hobi tapi begini cara saya membukukan tulisan:

  • simpan naskah postingan baik-baik di dalam folder khusus.
  • bagi dalam kategori misalnya budaya, jalan-jalan dan kuliner.
  • edit naskah
  • cari gambar yang cocok biar buku lebih menarik.
  • cari orang-orang berkompeten yang bisa dimintai kata pengantar dan endorsement.
  • desain cover sendiri.
  • setelah naskah dengan huruf times news roman 12, spasi 1,5 diprint, jilid dengan rapi.
  • kirim ke penerbit. Ada yang menerima dengan email (naskah dikecilkan) ada yang maunya bentuk hard copy/dummy.
  • Ditolak? Terbitkan sendiri (dicetak). Mencetak dengan jumlah ribuan lebih murah tapi penjualan harus diperhitungkan managemennya. Sepertinya pakai PoD (print on demand), memang lebih mahal tetapi tak perlu pusing soal menghabiskan buku....
  • terlihat beda penerbitan sama percetakan kan? Adakah perjanjian hitam di atas putih setelah memilih?
  • selalu cek tabungan. Ada dana berapa untuk buku?
  • jangan pernah putus asa, gagal nulis lagi, coba lagi dan lagi ....

 

Menulis buku sendiri memang repot. Kalau tidak bisa sendiri, gabung dengan komunitas biar bikinnya cepetan dan ... enteng. Di Kompasiana, yang biasa bikin buku keroyokan adalah Komunitas Peniti Media, Fiksiana Community, Rumpies dan Desa Rangkat. Sudah gabung mereka? Jika belum bersegeralah!

 

Semoga buku-buku yang saya koleksi di perpus mini saya, selesai dibaca (baru 80% sih). Saya yakin bermanfaat dan menginspirasi. Begitu pula sebaliknya harapan saya, buku saya yang dikoleksi orang lain, demikian adanya. Sama-sama.

 

Baiklah, selamat ulang tahun ke-7, Kompasiana (wadah kompasianer yang kebanyakan bukan wartawan tapi 100 % pinter nulis).

 

Teriring rasa terima kasih yang tak terhingga dan doa yang baik-baik. Selalu membara dikirim dari sini. Di ribuan km, di benua Eropa. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun