Donaueschingen adalah kota yang mendukung penuh penampungan para pengungsi. Di sana, baru saja terjadi demonstrasi para pengungsi (1 Oktober). Alasannya, mereka menuntut segera mendapatkan dana (kalau tidak salah dengar 400€ per kepala). Padahal, proses untuk mendapatkannya adalah pertama harus teridentifikasi dan terdaftar terlebih dahulu. Nah, butuh surat lengkap juga kann? Pastinya banyak yang nggak bawa atau memang sengaja nggak bawa? Entah, saya nggak ngurusi. Yang jelas, semua pengungsi siapapun dan darimanapun akan mendapatkan makanan, minuman dan pakaian secukupnya serta tempat berteduh yang nyaman dari pemda setempat.
Ada kisah lucu mengenai proses administrasi; seorang pemuda bernama A yang mendaftarkan diri, mengaku dari Afghanistan. Ditolak oleh pemda karena asal negaranya ...
Ia kembali lagi dan mengaku bernama B berasal dari Suriah dan diterima, didaftar.
Oh, ya. Donaueschingen (25 menit dari rumah) dan Trossingen (15 menit dari rumah) adalah dua kota yang menjadi kantor Treff Punkt Lernen tempat saya mengajar les bahasa Inggris sejak tahun 2012. Lembaga itu juga memiliki program integrasi khusus bagi para pendatang dan juga pengungsi.
Biasanya para pendatang dan pengungsi akan dibiayai pemerintah untuk belajar bahasa Jerman selama 6 bulan. Sayangnya, sesuai pemilik lembaga yang sekarang Frau Strauch, mereka itu jadi jarang masuk. Kalau jarang masuk kelas, pemda akan menyetop dana untuk belajar. Untuk apa dibayari kalau mbolos les? Betul? Jadinya tak sekedar ada kemauan dari pemda tapi dari diri orang (pendatang atau pengungsi tadi).
Bukankah kemampuan berbahasa Jerman yang baik dan benar itu menjadi modal untuk integrasi dan hidup di negara tujuan mereka? Saya akui, bahasa Jerman memang bukan bahasa yang mudah. Sulitttttt. Tapi sedikit berinteraksi dengan bahasa itu bisa lah kalau belajar dan biasa kumpul dengan masyarakat Jerman, bukan hanya dengan masyarakat bangsa sendiri. Haha.
***
Kroasia memagari perbatasan dengan kawat. Belum juga selesai, salah satu sisi sudah dipotong para pengungsi yang ngotot lewat. Karena tidak boleh naik kereta, bus dan kendaraan lainnya, mereka berjalan kaki. Rombongan, ratusan. Memprihatinkan.
Seorang anak asuh dari Rumania yang pernah ngenger di rumah kami dalam rangka program pertukaran pelajar selama tiga bulan baru saja inbox di FB, katanya Rumania juga diserbu pengungsi yang mau lewat menuju Jerman. Banyyaaaakk sekali.
Swiss adalah satu negara yang dikatakan paling ketat untuk tidak menerima pengungsi. Jangankan menerima pengungsi untuk mengganti mata uang Franken dan Schilling mereka menjadi euro saja belum terjadi. Bangsa Swiss, saya yakin memiliki pandangan hidup sendiri yang teguh.
Jerman? Barangkali karena sudah kebanyakan kaum lansia yang sudah tidak produktif dan kaum mudanya kurang banyak anak, membuat masa depan Jerman dikhawatirkan timpang antara yang disokong dan yang akan menyokong. Kalau yang disokong terlalu banyak dan yang menyokong defisit. Apa jadinya?