Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Hari Persatuan Jerman, Jerman Sudah Tak Aman?

3 Oktober 2015   19:21 Diperbarui: 18 Oktober 2015   20:57 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua minggu yang lalu saya hadir dalam pertemuan orang tua murid. Di sana saya ketemu teman baik saya yang dari Turki.

Pulangnya, jam 21.30. Dia mau ikut saya naik mobil alasannya takut. Satu minggu sebelum pertemuan kami itu, seorang perempuan (50 tahunan) yang sedang berjalan di tengah kota Trossingen, ditikam dengan pisau oleh pria tidak dikenal. Sampai kemarin, lewat berita radio SWR3 yang saya dengarkan, belum ditemukan motif sesungguhnya.

Takut?

Ya, teman saya itu takut dan ketakutannya itu jadi nular ke saya yang biasa naik mobil lewat hutan dan pegunungan Jerman sendiri malam-malam, dari dan ke rumah.

Saya merasa tidak nyaman dan tidak aman lagi padahal sebelumnya tidak pernah ada peristiwa seperti itu.

Apakah ini berhubungan dengan ribuan pengungsi dari beragam negara yang melewati segala penjuru Eropa menuju Jerman? Entahlah. Belum tuntas.

Kisah perusakan mobil-mobil warga setempat di daerah Donaueschingen juga menjadi topik media beberapa minggu lalu. Ditemukan pencurinya adalah pengungsi dari Tunisia. Polisi menemukannya setelah penggeledahan. Banyak radio dan alat-alat mobil di tas mereka!

Penggeledahan sebelumnya di tempat penampungan juga menemukan benda dan senjata tajam. Alasan para pengungsi mengoleksinya adalah karena takut, untuk mempertahankan diri. Kabar tentang perseteruan antar pengungsi yang berlainan agama dan negara itu memunculkan ide pemerintah untuk membagi mereka dalam kelompok per agama.

Orang-orang Jerman juga ada yang takut ketika sedang berkendara di jalanan, banyak pengungsi berjalan kaki dari kamp di sekitar Liptingen menuju Tuttlingen. Hari itu, dingin.

Atau ketika beberapa pengungsi door to door meminta sumbangan di wilayah Königsheim dekat Köhlbingen. Beberapa warga setempat dan pemilik pabrik menganggap apa yang dilakukan para pengungsi itu tidak semestinya.

***

Donaueschingen adalah kota yang mendukung penuh penampungan para pengungsi. Di sana, baru saja terjadi demonstrasi para pengungsi (1 Oktober). Alasannya, mereka menuntut segera mendapatkan dana (kalau tidak salah dengar 400€ per kepala). Padahal, proses untuk mendapatkannya adalah pertama harus teridentifikasi dan terdaftar terlebih dahulu. Nah, butuh surat lengkap juga kann? Pastinya banyak yang nggak bawa atau memang sengaja nggak bawa? Entah, saya nggak ngurusi. Yang jelas, semua pengungsi siapapun dan darimanapun akan mendapatkan makanan, minuman dan pakaian secukupnya serta tempat berteduh yang nyaman dari pemda setempat.

Ada kisah lucu mengenai proses administrasi; seorang pemuda bernama A yang mendaftarkan diri, mengaku dari Afghanistan. Ditolak oleh pemda karena asal negaranya ...

Ia kembali lagi dan mengaku bernama B berasal dari Suriah dan diterima, didaftar.

Oh, ya. Donaueschingen (25 menit dari rumah) dan Trossingen (15 menit dari rumah) adalah dua kota yang menjadi kantor Treff Punkt Lernen tempat saya mengajar les bahasa Inggris sejak tahun 2012. Lembaga itu juga memiliki program integrasi khusus bagi para pendatang dan juga pengungsi.

Biasanya para pendatang dan pengungsi akan dibiayai pemerintah untuk belajar bahasa Jerman selama 6 bulan. Sayangnya, sesuai pemilik lembaga yang sekarang Frau Strauch, mereka itu jadi jarang masuk. Kalau jarang masuk kelas, pemda akan menyetop dana untuk belajar. Untuk apa dibayari kalau mbolos les? Betul? Jadinya tak sekedar ada kemauan dari pemda tapi dari diri orang (pendatang atau pengungsi tadi).

Bukankah kemampuan berbahasa Jerman yang baik dan benar itu menjadi modal untuk integrasi dan hidup di negara tujuan mereka? Saya akui, bahasa Jerman memang bukan bahasa yang mudah. Sulitttttt. Tapi sedikit berinteraksi dengan bahasa itu bisa lah kalau belajar dan biasa kumpul dengan masyarakat Jerman, bukan hanya dengan masyarakat bangsa sendiri. Haha.

***

Kroasia memagari perbatasan dengan kawat. Belum juga selesai, salah satu sisi sudah dipotong para pengungsi yang ngotot lewat. Karena tidak boleh naik kereta, bus dan kendaraan lainnya, mereka berjalan kaki. Rombongan, ratusan. Memprihatinkan.

Seorang anak asuh dari Rumania yang pernah ngenger di rumah kami dalam rangka program pertukaran pelajar selama tiga bulan baru saja inbox di FB, katanya Rumania juga diserbu pengungsi yang mau lewat menuju Jerman. Banyyaaaakk sekali.

Swiss adalah satu negara yang dikatakan paling ketat untuk tidak menerima pengungsi. Jangankan menerima pengungsi untuk mengganti mata uang Franken dan Schilling mereka menjadi euro saja belum terjadi. Bangsa Swiss, saya yakin memiliki pandangan hidup sendiri yang teguh.

Jerman? Barangkali karena sudah kebanyakan kaum lansia yang sudah tidak produktif dan kaum mudanya kurang banyak anak, membuat masa depan Jerman dikhawatirkan timpang antara yang disokong dan yang akan menyokong. Kalau yang disokong terlalu banyak dan yang menyokong defisit. Apa jadinya?

Kalau saja total ribuan bahkan jutaan pengungsi ke Jerman itu bisa dimanage dengan baik dan benar, tidak menutup kemungkinan akan membawa kemakmuran bersama. Masalahnya, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Butuh waktu panjang bagaimana pengungsi yang jelas datang dari negara dengan latar belakang dan aturan yang beda dengan Jerman itu bisa memahami, beradaptasi dan berintegrasi dengan Jerman. Tidak mudah. Sebagai orang asing, saya akan bilang, tidak.

Pro dan kontra tentang para pengungsi juga terjadi di dalam masyarakat Jerman. Ada yang setuju ada yang menolak. Setuju karena ini sesuai dengan perlindungan HAM pada yang membutuhkan, tidak setuju karena banyaknya kriminalitas dan ada udang di balik batu dari mereka yang menyalahgunakannya. Misalnya banyak pengungsi dari Mesir, sedangkan banyak orang Jerman yang „mengungsi“ pada musim panas untuk liburan ke sana.

***

Tag der Deutschen Einheit. Selamat hari persatuan Jerman barat dan Jerman timur, 3 Oktober 2015 untuk negara tumpangan saya ini! Semoga saja ditemukan solusi terbaik untuk mengatur para pengungsi ini untuk hidup layak dan warga setempat tetap merasa aman dan nyaman dengan kedatangan mereka. Siapa suruh datang ke Jerman? (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun