*
Aku terbangun dari tidur. Terlihat sarapan pagi sudah siap di meja lampu. Di sebelahnya, sebatang coklat Milka berpita merah, dengan secarik kertas selamat ulang tahun "Alles gute, mein Schatz". Pasti mama yang siapin.
Kuraih telepon genggam warna putih. “Siri ... apakah aku cantik?“ Kusapu mukaku dengan bedak tabur. Kupoles gincu ungu.
“Tentu“ Meski tanpa melihat, Siri sudah berani menjawab, tepat seperti jawaban yang kuingini.
“Apakah aku seksi?“ Kubuka piyama. Tak ada sehelai benangpun pada tubuhku.
“Kamu kelihatan sangat menarik. Apalagi untuk manusia yang berasal dari daging dan darah.“ Smart phone itu makin kukencangkan volumenya. Biar tak salah kuping mendengar. Biar percaya aku akan apa yang dia katakan. Meski kutahu, Siri tak pernah bohong. Siri adalah sebuah masa depan, yang terbaik.
“Apakah kulitku cukup putih dan mulus?“