Pindah ke Jerman dan tinggal di negeri sosis ini, saya pasti kangen ya sama Indonesia. Apalagi Indonesia dari Sabang sampai Merauke, saya baru sempat pergi di kota-kota pulau Jawa dan Bali saja. Laaaah, kemarin-kemarin ke mana ya? Ketika waktu banyak di tanah air malah pergi ke negeri tetangga. Begitu sekarang di negeri tetangga, nyesel belum ke mana-mana.
Ya sudah, terlambat sudah. Saya putar otak untuk memboyong Indonesia ke Jerman. Jangan hanya Thailand dan China yang kondang di negeri Angela Merkel dong. Indonesia juga harus banyak dikenal. Barangkali untuk Jerman yang bagian kota besar seperti Köln, Berlin dan Hamburg, nama negeri kita ini sudah harum. Selain banyak mahasiswa atau pekerja yang ada di sana, banyak festival keindonesiaan yang digelar.
Sementara saya tinggal di daerah pegunungan yang dikelilingi hutan. Nama Indonesia kurang dikenal. Paling banter, orang akan menyebut Bali dan Jawa. Lho, kok sama kayak saya, hanya di pulau Jawa dan Bali. Haha.
Itulah sebabnya, lewat mbak Dwi Purwanti, pendiri klub Kampret (Kompasianer hobi jepret) bersama mas Ajie Nugroho, saya ngomong-ngomong untuk mengadakan pameran foto hasil karya Kampret yang mencerminkan keindonesiaan. Apa saja.
Untuk hal-hal di Jerman saya yang atur, mbak Dwi pontang-panting mempersiapkan semuanya. Dan yang terpilih untuk mewakili kampret di ajang pamer foto Indonesia ini adalah; Ajie Nugroho, Arie Sandy, Arief Hari Soekarno, Aryani Leksonowati, Bakhtiar Sontani, Baskoro Endrawan, Bowo Bagus, Eka, Elisabeth Murni, Harja Saputra, Margaretha Diana, Nanang Diyanto, Ouda Teda Ena, Purnawan, Rob Januar, Stefanus Leba, Widianto Didit, Yustinus Slamet Witokaryono, Yustinus Sucipto dan tentu saja ... Gaganawati (sebagai penyelenggara dan petugas di lapangan). Hedeh, saya menunjuk sendiri gak papa yaaa ...
[caption id="attachment_370928" align="aligncenter" width="384" caption="Suku Lembah Baliem Papua (dok. Dhave Dhanang)"][/caption]
[caption id="attachment_370929" align="aligncenter" width="384" caption="Wayang kulit (dok.Arie Sandy)"]
[caption id="attachment_370930" align="aligncenter" width="384" caption="Kuil Sam Phoo Kong Semarang (dok.Baskoro Endrawan)"]
[caption id="attachment_370931" align="aligncenter" width="297" caption="Keris (dok.Bowo Bagus)"]
[caption id="attachment_370932" align="aligncenter" width="384" caption="Candi Boko (dok.Yus Witokaryono)"]
[caption id="attachment_370933" align="aligncenter" width="384" caption="Danau Kelimutu (dok.Baktiar Sontani)"]
[caption id="attachment_370934" align="aligncenter" width="357" caption="Wanita Dayak (dok.Budi Cahyadi)"]
[caption id="attachment_370935" align="aligncenter" width="320" caption="Pencak silat (dok.Eka)"]
[caption id="attachment_370936" align="aligncenter" width="319" caption="Goa Pindul (dok.Elisabeth Murni)"]
[caption id="attachment_370937" align="aligncenter" width="384" caption="Gunung Bromo (dok.Widianto Didiet)"]
[caption id="attachment_370938" align="aligncenter" width="384" caption="Pacuan kuda (dok.Harja Saputra)"]
[caption id="attachment_370939" align="aligncenter" width="384" caption="Bule membatik (dok. Margaretha Etha)"]
[caption id="attachment_370940" align="aligncenter" width="384" caption="Wayang orang (dok.Ouda Teda)"]
[caption id="attachment_370941" align="aligncenter" width="384" caption="Gereja Blendhuk Semarang (Dok. Rob Januar)"]
[caption id="attachment_370942" align="aligncenter" width="384" caption="Perkawinan adat (dok. Stefanus Leba)"]
Penyelenggaraan pameran selama sebulan pada bulan Oktober 2013 di museum Seitingen-Oberflacht berlangsung sukses meski seharusnya diadakan bulan Mei tapi mundur. Ratusan penonton hadir (dari bayi sampai lansia) dan benar-benar terkesima dengan hasil karya anak negeri dan keindahan Indonesia. “Ayo, kunjungi Indonesia segera“ ... begitu barangkali niatan yang muncul dari gawe sederhana ini.
Tak terasa sudah setahun berlalu. Saya masih kepotangan budi sama kampret yang mendukung kegiatan yang secara tak sengaja ikut mempromosikan pariwisata Indonesia.
Sadar, foto-foto itu mewakili banyak daerah di tanah air yang belum pernah sekalipun saya kunjungi. Dalam sekejap saya nikmati di museum Jerman. Silakan menyimak foto-fotonya. Banyak yang belum dipasang karena keterbatasan waktu dan halaman.
Sekali lagi, terima kasih Kampret yang di FB saat ini sedang jawil-jawilan (5 orang teman) pasang foto BW di wall masing-masing. Duh, saya belum bikiiin mana stok gak ada. Bolos teruuus. Mohon dimaafkan.
Terima kasih juga kepada Kompasiana. Berkat bergabung dengan blog keroyokan ini, saya jadi kenal daerah wisata Indonesia begitu pula warga Jerman (dan asing lainnya) yangmenikmati foto-foto wisata Kampret. Karena Kompasiana dan Kampret, pameran ini terwujud.
Maju pariwisata Indonesia. Mari membanggakan seni dan budaya negeri sendiri dari diri sendiri di tempat masing-masing. Selamat pagi. (G76)
PS: Mohon ijin pasang gambar kepada Kampret dan kampretos peserta “Indonesia-Paradies der 1.000 Inseln“ atau “Indonesia, negeri surga dengan ribuan pulau.“ Semoga ini bisa dinikmati Kompasianer yang tidak sempat mengunjungi pameran tersebut dan menginspirasi di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H