2. Membantu Orang Lain Memahami Perasaannya
Ketika seseorang berbagi cerita di media sosial, berusahalah untuk memahami apa yang sedang mereka alami untuk menunjukkan empati. Memvalidasi sentimen mereka adalah langkah awal yang penting dalam menunjukkan empati, bahkan jika Anda tidak setuju dengan apa yang mereka katakan. Mengatakan "Saya sangat sedih mendengar bahwa kamu diperlakukan seburuk itu" adalah salah satu contohnya. Jangan ungkapkan apa yang ingin Anda katakan tentang masalah mereka; katakan saja apa yang ingin mereka dengar.
3. Tempatkan Diri pada Posisi Seseorang
Cobalah bayangkan diri kamu berada di posisi mereka setiap kali kamu menemukan konflik seseorang yang sedang mengalami kesulitan atau baru saja terkena musibah. Pertimbangkan perasaan mereka. Kamu akan tergerak untuk membantu mereka karena empati yang tumbuh dalam diri. Mendukung seseorang tidak harus dalam bentuk uang atau materi apa pun, empati juga bisa sangat berarti bagi mereka. Salah satu cara efektif untuk mengembangkan empati adalah dengan membenamkan diri dalam kehidupan dan pengalaman orang lain.
4. Mengikuti Organisasi Sosial
Kumpulan individu yang terstruktur dengan tujuan yang sama disebut organisasi sosial. Misalnya, membantu orang lain. Mereka yang membutuhkan dapat dilayani dan kebutuhan mereka dipenuhi oleh organisasi ini. Kelompok ini memberikan bantuan yang lebih luas kepada orang-orang. Misalnya, mengumpulkan uang untuk korban bencana alam. Karena Anda sering berinteraksi langsung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, empati akan berkembang secara bertahap.
Tantangan  dalam Menerapkan Empati:
Salah satu tantangan untuk menerapkan sikap empati adalah terjadinya krisis moral saat ini yang disebabkan oleh menurunnya sikap peduli pada individu itu sendiri. Adapun yang menjadi penyebab menurunnya kemampuan empati yakni lingkungan tempat mereka dibesarkan. Beberapa faktor sosial yang membentuk sikap empati perlahan mulai menurun, seperti berkurangnya teladan perilaku berempati, pola asuh dari orang tua, pengawasan yang lemah, serta pendidikan kurang memberikan stimulus kepada anak terhadap pertumbuhan karakter empati.
    Fenomena-fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan harapan kita semua. Penyimpangan perilaku yang muncul dalam bentuk seperti pemaksaan kehendak, pengrusakan, konflik antar kelompok dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh Bencsik menunjukan bahwa generasi muda memiliki karakteristik yang sulit untuk toleransi dalam hal kebodohan, cenderung bertindak individualisme, mencapai antipati lingkungan dengan menyebabkan situasi konflik berdasarkan keyakinan akan diri sendiri. Perilaku-perilaku tersebut menunjukkan rendahnya empati. Ketidakmampuan seseorang untuk merasakan penderitaan orang lain menyebabkan seseorang untuk mampu melakukan tindakan yang tercela.
Dalam komunikasi, selain mendorong ikatan yang kuat dan pemahaman perasaan orang lain, empati sangat penting juga untuk mengurangi berbagai konflik dan meningkatkan partisipasi orang lain dalam setiap keterlibatan yang ada. Dengan menyadari dan peka terhadap perasaan orang lain, kita bisa menumbuhkan suasana komunikasi yang produktif dan positif di masa depan. Kita harus mempunyai komitmen untuk menunjukkan empati kita terhadap semua aspek yang ada di kehidupan kita sehari-hari agar keterampilan komunikasi meningkat dan hubungan yang harmonis terbangun baik dengan orang orang yang ada di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H