By.herawati suryanegara
1.
Hai Tracy...!
kau boleh ambil dia untuk mu
Lelaki yang tak mengerti harga setiap butir peluh bagi sang penjaga benih
Dia tertidur dengan mu
Saat sang jabang bayi terlahir dari rahimku yang melemah
Dan aku masih berasa antara hidup dan mati
Tanpa doa-doa yang dia terbangkan untuk ku
Aku masih mampu bertahan dan tersadar
Denyut kehidupan nyata masih tersisa
Telingaku jelas mendengar suara tangisan putra pertamaku menyapa
Oohhhhh....
Aku bahagia !
Aku mendekapnya dengan haru
Saat kaupun tengah berdekapan dengannya penuh nafsu!
2.
Hari pun melaju demikian kencangnya, Tracy !
Anak ku tidak lagi merangkak dan menetek air susuku
Ia telah berjalan ,bahkan mulai berlari meski kerap terjatuh
Lelaki itu kembali mengunjungiku
Dia mengetuk pintu dan bertanya, “Siapa namanya?”
Duhai...
Hati bunda mana yang tak luka?
Tracy ,
Mengapa kamu tak jadi mengambilnya seperti sesumbarmu kala itu?
hmmm....!
Aku telah membukakan kembali pintu rumahku
dan dia menetap bersamaku
Meski entah sebagai apa!
3.
Gadis kecilku mencarinya, dia merengek sepanjang hari
Dia tak menemukan dimana adanya lelaki yang biasa ia panggil “ayah!”
Saat malam tiba menjelang, sisa isaknya masih membasah didalam dadaku
Sungguh tega kamu,
Menyembunyikannya dibalik selimutmu!
Nonk..
Gadis kampung demikian muda
Kelakuanmu tak lebih binal dari tante-tante kota
Bersamamu adalah lelaki lugu yang entah berpura-pura ataukah sungguh demikian lugu adanya
Seperti kerbau yang dicocok hidung
Atau tak beda jauh dengan seorang bedinde yang takut terhadap tuannya
Aku muak melihatnya!
Tak perlu kau meminta izin lagi dariku
Bawa dia berlalu dengan segera !
Betapa tak lagi penting dia bagiku setelah kau menjamahnya hingga lusuh
Seperti juga dia tak pernah menganggap penting kerinduan gadis kecilnya
yang tak pernah dia timang
Pergilah !
Jangan berisik !
Aku tengah senandungkan sebuah lagu yang selalu ku ulang bilamana malam tiba
Biarlah pecah kesunyian dan kesepianku dalam senandung itu
Dan mereka akan tertidur sebelum bait lagu terakhir selesai kunyanyikan
Berhentilah membuat gaduh!
Aku tak suka mereka terbangun lalu menangis sesegukan karena mu
Ambilah dia sesuka mu !
Lelaki bodoh yang selalu menghentikan gelak tawa mereka
Dia hanya datang untuk membuat kelabu warna langitnya
Dan meruntuhkan hujan di hari-harinya
Kemudian dia tinggalkan mereka
dan kembali meninggalkannya begitu saja
Padahal mereka selalu merindu
Dan selalu merindukannya
Kali ini aku benar-benar harus mengunci rapat pintu rumahku
Harus ku tulikan untuk tak mendengar ketukannya lagi!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI