Mohon tunggu...
Gacoor
Gacoor Mohon Tunggu... Buruh - Lelaki

Hari ini harus berhasil, besok harus dapat, lusa akan memetik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi. 10 Aturan Sidak Pungli, 11 Cara Saya Menangkal

18 Oktober 2016   21:26 Diperbarui: 1 April 2017   08:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Si Gogon terlihat gelisah, dua jari tangan, telunjuk dan tengah tak lepas dari kepulan asap dari batangan rokok.  Duduk berdiri dan duduk lagi, berjalan menyilang tangan kebelakang, sesekali jemari dengan kuku hitam kotor menarik-narik rambut dikepalanya yang belum tentu gatal.  Desiran seperti ular kobra dari lipatan bibinya menyiratkan sumpah serapah,  entah siapa yang diserapah dan dengan siapa bersumpah. 

" Menyesal saya coblos wajahnya saat pilpres, jika bukan dia yang jadi, belum tentu ada grebekan begini...... " Geraman si Gogon seperti gorila kehilangan habitat hutannya yang dibakar permapas hutan.  Terlihat si Gogon meraba saku celananya...... uuff salah pegang,  rupanya dia mau mengambil hp yang ternyata ada diatas meja kerjanya.  

Basa - basi,  ba bi ku da gi la... dia panggil seseorang dari hp digenggaman jarinya, sepintas poin yang tertangkap.  " Gan.... bagaimana ini, apa kita harus tiarap dulu  "  rupanya yang dipanggil  ' Gan ' adalah singkatan dari JURAGAN atasan si Gogon yang mempunyai kebijakan absolut di kantornya.  

" Udah  tiarap dulu dari pada kena peluru nyasar, bocoran dari genteng, instansi kita akan di silaturahmi "  jawab si juragan , terdengar samar dari  speaker hp si Gogon. 

" Waah kapan Gan.... "  Selidik Gogon penasaran melebihi lagu dangdut.

" Naah ini yang belum jelas, bisa besok, lusa, minggu depan.... ada ide ga bro  "  celoteh  juragan sedikit was was melebihi infotaiment.

" Ntu dia yang lagi dalam pikiran.... " jawab Gogon, Otak malingnya berpikir mencari akal atau ide. Sekelebat dia menarik kunci mobil dari atas meja kerjanya. Rupanya dia keluar kantor mencari suasan guna menemukan ide, bagaimana  caranya usaha yang sudah lama digelutinya tetap exis dan berjalan lancar. Usaha itu sudah bertahun - tahun digelutinya, Gonta ganti pimpinan dari yang sok alim, munafik dan rakus, sudah dia lalui dengan predikat cumlot. Hasil dari usahanya selama ini, dia simpan sebagian ke properti, ada yang expansi usaha yang biar terlihat elegan.

 Juragan- juragan yang pernah membawahinya merasa puas atas kinerja kotornya, banyak income yang diluar perkiraan didapatkan selain yang hak.  Tepat disbelah kiri jalan, si Gogon membelokan mobilnya memasuki pom bensin, rupanya bukan mobilnya yang haus, tapi peralatan si Gogon ada yang perlu dikeluarkan. Selepas dari kamar kecil, dia merogoh saku mengeluarkan dompet dari kulit buaya asli, yang belum direbus.  Jarinya lincah mencari duit terkecil diantara selipan cepekceng. Itulah si Gogon, bila buat yang menyenangkan dan menggairahkan jarinya akan mencari lipatan yang terbesar.  Yuup.... ketemu noceng, dia lipat dan masukan kekotak suka rela didepan toilet pom bensin. 

Didalam mobil dia tepukan tangan dikepala sambil tersenyum sepintas seperti kuda nyengir. Rupanya otak malingnya jalan, ditempat kotor ' toilet ' dia mendapatkan ide dimana usahanya tetap jalan. dan pendapatan sekalipun berkurang, setidaknya masih ngalir walaupun kecil. lumayan gumannya dalam hati.

Di kantor, disudut yang  terlihat agak tersembunyi dia meletakan kotak dari kaca gelap berukuran 50cm x 30cm sebanyak dua buah. Kotak itu mempunyai roda dan gembok, diantara kotak kaca tertulis Yayasan Ini Itu, dan Yayasan Apa Ini......  Sebagian rekan kantor terheran dan sebagian paham. mereka tidak ada yang protes, tahu sama tahu, yang tidak mau  jangan mengganggu. Tradisi ampuh yang tertanam sejak dulu kala. 

Dasar otak maling, jiwa kemaruk ( serakah ) mensiasati tradisi supaya tidak luntur oleh aturan, dia pasang kotak menyerupai kotak amal, dimana para penempuh, dimana para yang butuh tak perduli keringat meleleh dia palak, karena ini aturan setan yang harus dipatuhi. Semua yang membutuhkan surat menyurat menyangkut kelancaran suatu usaha harus memberikan santunan dikotak yang sudah disediakan. Tdidak boleh dengan amplop tertulis, semua polos hanya rupiah yang boleh masuk kekotak tersebut.

Para pecundang dengan jiwa yang kotor, tetap saja merasa bangga dengan ide kotornya.  Pungli yang biasa dilakukan dengan melebihkan biaya diluar autran dan kewajaran, dan demi menghindari grebekan buru sergap pungli,  kotak amal menjadi media buat maling uang rakyat.  

Dan saat ini masih aman. Dan guna membuat puas para penempuh, pelayanan dan proses dibuat segurih mungkin, senikmat mungkin, ditambah penyedap sehingga membuat para penempuh ( custumer ) sekalipun berdiri ditempat panas dan berdebu, terasa sejuk seperti diraung ber AC.  Belum habis kopi diseruput, berkas sudah beres, barang bisa dibawa. Jika menunggu sampai besok, terhitung jelas kerugian yang di alami. Gak masalah keluar kekotak amal urusan lancar, cepat, untung diwaktu juga untung dioprasional.

Naah lhoo.... jiwa jiwa yang terbelenggu oleh tradisi pungli yang pasti-pasti merugikan.  dihadapkan kepada jiwa jiwa yang berotak maling.     " BULATAN SETAN "

GOGON....Gogon ..... kapan lho insyap. Gua ajah dah insyap semenjak kena STROKE PARAH

Jangan Beri Ruang Gerak, Untuk Bisa PUNGLI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun