Mohon tunggu...
Gabriela Natasya Manueke
Gabriela Natasya Manueke Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Minim Talenta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serba-serbi Menulis di Media Digital

7 Februari 2018   00:16 Diperbarui: 7 Februari 2018   01:21 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kasus postingan Tempo.co ini kita dapat melihat kalimat-kalimat yang dikemukakan sangat menyasar pada poin-poin penting. Kita dapat mengamatinya pada gambar berikut.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
PENULISAN

Dapat kita lihat postingan tersebut hanya terdiri dari sembilan kalimat yang kemudian dibagi kedalam dua paragraf. Hal ini juga memang ditujukan agar para followers kemudian penasaran dan membuka website dan membaca berita secara keseluruhan.

Namun, walaupun begitu informasi yang disediakan di instagram ini sudah cukup menjelaskan. Kalimat pertama yang digunakan memang adalah kalimat tunggal.

Kalimat pertama yang ditulis berbunyi, "Kerjasama TNI-Polri
Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI menandatangani nota kerja sama penanganan urusan yang selama ini menjadi kewenangan polisi.
"

Kalimat tersebut memang sudah mewakili poin penting dari informasi yang akan disampaikan. Namun, kalimat tersebut masih memerlukan kalimat penjelas.

Pada kalimat kedua masih dengan kalimat tunggal, kalimat tersebut menjelaskan apa saja isi nota tersebut dan berapa lembar jumlah nota tersebut. Selain itu, kalimat tersebut juga jelas dituliskan bagaimana posisi TNI dalam nota kesepakatan tersebut dalam membantu polisi.

Ekonomi kata juga harus diperhatikan ketika kita akan menulis untuk media digital. Menurut Jakob Nielsen yang merupakan ilmuwan komputer dan melakukan riset terhadap pembaca media digital dia menemukan sebuah perbedaan dalam pembaca media konvensional dan media digital.

Dalam hasil risetnya Nielsen mengemukakan bahwa orang yang membaca lewat website rata-rata membaca 25% lebih pelan pada layar daripada membaca di kertas. Ini juga berarti para pembaca tersebut membaca jauh lebih sedikit.

Dari hasil penelitian tersebut Nielsen menyarankan untuk mulai menghitung kata alias menerapkan ekonomi kata yang akan ditulis ke dalam media digital. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan dan tidak membuang-buang waktu, tetapi terkait hal ini masih banyak menjadi perdebatan diantara para penulis dan editor.

Jumlah kata yang kita gunakan juga akan berpengaruh pada panjang tulisan yang kita buat. Biasanya semakin panjang tulisan akan semakin malas orang membacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun